Selasa, 31 Mei 2011

**~** Menata Cinta **~**




Secara Fitrah manusia sebagai makhluk mencintai KhaliqNya yaitu Allah. Namun tak dapat dipungkiri banyak cinta jenis lain yang ada di hati manusia dan ditujukan kepada selain Allah. Cinta kepada selain Allah ini kerap mendominasi hati manusia dan mengacaukan tujuan hidupnya. Sebagai Muslim kita harus hati-hati dalam menata cinta jangan sampai cinta kepada sesuatu selain Allah menyebabkan keburukan pada diri kita sendiri maupun pihak lain.

Cinta Tertinggi seorang muslim haruslah hanya kepada Allah SWT, baru kemudian kepada yang lainnya.

Berikut adalah tingkatan cinta dari yang terendah sampai ke yang tertinggi.

1. Cinta kepada Materi
Sifatnya haruslah biasa saja atau sekedarnya. Cinta jenis ini diberikan kepada fasilitas hidup di dunia, berupa tumbuhan, hewan, maupun benda-benda lainnya. Semua yang ada di langit dan di bumi telah ditundukkan Allah bagi manusia, sebagai fasilitas yang mendukung kehidupan manusia dan tugasnya beribadah kepada-Nya dalam segala aspek kehidupan.

2. Cinta kepada sesama manusia
Cinta jenis ini hanya boleh sampai pada tingkat Athf (simpati). Tanpa memandang perbedaan apapun, cinta jenis ini diwujudkan dalam bentuk menyampaikan kebenaran dan mengajak kepada keselamatan dunia akhirat, dan menghindar dari hal-hal buruk.

3. Cinta kepada sesama Muslim
Cinta, pada tingkatan ini, diikuti Shabaabah ( Empati ). Diwujudkan dalam kedekatan hubungan layaknya dengan orang yang memiliki hubungan persaudaraan dengan kita.

4. Cinta kepada orang Mukmin
Cinta, pada tingkat ini, diikuti perasaan yang lebih dalam yaitu berupa As Syauq (kerinduan) dan diberikan kepada sesama Mukmin. Kepada mereka dapat kita berikan cinta dan kasih sayang.

5. Cinta kepada Rasulullah dan Islam yang diajarkannya
Tingkatannya tidak boleh sampai kepada penghambaan, tetapi hanya sampai tingkat ‘Isyq (kemesraan) dan diwujudkan dengan cara meneladani beliau dan menghidupkan sunnahnya.

6. Cinta kepada Allah
Adalah cinta yang tingkatannya tertinggi, terbesar dan utama, hanya boleh diberikan kepada Allah saja. Cinta tingkatan ini mencakup penghambaan dan penyembahan terhadap yang dicintai (Allah).

Hubungan dengan tingkatan cinta yang lebih tinggi tentunya meliputi perasaan yang ada pada tingkat cinta dibawahnya, namun cinta dan perasaan pada tingkat yang lebih rendah tidak boleh melebihi cinta dan perasaan yang diberikan kepada tingkatan cinta yang diatasnya.

Cinta kepada materi hanya boleh sampai kecintaan yang sekedarnya / biasa saja, tidak boleh sampai pada tingkat simpati terlebih sampai kepada penghambaan.

Contohnya cinta kepada materi hanya boleh sampai kecintaan yang sekedarnya / biasa saja, tidak boleh sampai pada tingkat simpati terlebih sampai kepada penghambaan.

Cinta kepada selain Allah harus tetap dalam kerangka cinta kita kepada Allah. Mencintai kesemuanya dalam rangka cinta kita kepada Allah.

يُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُّسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِن دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِن قِطْمِيرٍ

Dia memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari “ (Fathir : 13)

إِن تَدْعُوهُمْ لَا يَسْمَعُوا دُعَاءكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلَا يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui
(Fathir : 14 ).

Cinta kepada selain Allah harus tetap dalam kerangka cinta kita kepada Allah. Mencintai kesemuanya dalam rangka cinta kita kepada Allah.

Dengan demikian kemampuan menata cinta itu sangat penting, agar kita mampu membagi dan menempatkan setiap jenis cinta sesuai porsinya. Selain itu akan memudahkan kita dalam menentukan prioritas, menentukan mana yang harus didahulukan ketika di hadapkan pada pilihan-pilihan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang pada hakekatnya kesemuanya itu kelak akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Allah. Dan supaya kita berhati-hati agar tidak terjatuh pada lembah kemusyrikan.


(Prima Yuniarti/voa-islam.com)

**~** Muhasabah Cinta **~**





"Cinta".
Kata yang biasa kita dengar dan ungkapkan.

Setiap manusia yang berpeluang hidup di muka bumi ini pasti mengalami perasaan cinta. Manusia memang dilahirkan secara fitrahnya memiliki perasaan cinta.

Seorang ibu sanggup berkorban nyawa untuk anaknya karena cintanya kepada anak.

Seorang bapa sanggup berkorban harta dan tenaga karena perasaan cintanya kepada keluarga.

Seorang mahasiswa sanggup mengarungi susah dan payah karena cintanya kepada ilmu.

Seorang perwira sanggup berkorban jiwa karena cintanya kepada tanah air.

Seorang hartawan sanggup berkorban waktu dan martabat karena cintanya kepada harta.

.. dan seorang pencinta konon sanggup melintasi lautan berapi lantaran cintanya kepada kekasihnya.

Secara dasarnya, kita sanggup berbuat apa saja karena ingin menjaga dan mengejar cinta.

Itulah cinta. Ia fitrah. Dan ia juga bisa menjadi fitnah.

Bisa menjadikan seseorang mulia atau hina. Ia bisa merubah manusia menjadi lebih baik di sisi Tuhan dan manusia, dan ia juga bisa menjatuhkan nilai seseorang dari sudut pandang Tuhan dan manusia.

Sudah lama kita menjalani kehidupan ini, dan sudah banyak kali kata 'cinta' kita ungkapkan dan luahkan.

Di kesempatan yang terbatas ini, marilah kita bermuhasabah. Muhasabah tentang cinta. Mudah-mudahan muhasabah ini bisa menyadarkan kita semua akan di mana letak duduknya rasa cinta kita? Di tempat yang sepatutnyakah? Atau sudah tersasarkah cinta kita selama ini?

01.Orang yang beriman sangat cinta kepada ALLAH

"Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah ..." - [Al Baqarah: 165]

02.Amaran Kepada Yang Meletakkan Cinta Kepada Mahkluq Dasar Ke ALLAH

Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, bisnis yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul -Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. " "Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." - [At Taubah: 24]

Cukuplah dengan dua ayat al-Quran di atas untuk kita mulai bermuhasabah.

Jika selama ini kita telah meletakkan cinta dan perhatian kepada makhluq, nah mulai hari ini marilah kita letakkan kembali rasa cinta dan kasih itu di tempat yang seharusnya.

Menyadari bahwa meletakkan cinta kepada Allah mengatasi segala-galanya, kita harus membuktikan rasa cinta itu.

Tidak cukup dengan hanya kalimat "aku cinta ALLAH" atau "ALLAH adalah segalanya buatku" atau seperti dengannya. Ia harus dibuktikan!

ALLAH subhanahu wata'ala telah berfirman di dalam al-Quran tentang pembuktian cinta kepada Allah adalah dengan mengikuti segala suruhan dan perintah yang telah disampaikan oleh Rasulullah sallAllahu 'alaihi wasallam:

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." "Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." - [Ali-Imran: 31]

Justru, untuk merealisasikan rasa cinta kepada ALLAH, kita juga harus meletakkan rasa patuh dan cinta kepada Rasulullah sallAllahu 'alaihi wasallam. Al-hubb (cinta) dan al-ittiba '(ikut) Rasulullah sallAllahu' alaihi wasallam adalah suatu yang dituntut agama.

Muslimin-muslimat sekalian,

Sudah banyak rasa kecewa menyinggahi jiwa kita. Sudah tidak terkira kita rasa sedih bila orang yang kita cintai membuat sesuatu yang tidak kita sukai. Sudah acap kali kita didatangi keresahan saat harta yang kita cintai hilang atau berubah kepemilikan. Ya, cinta kepada makhluq pasti mengundang kekecewaan.

Jika cinta dan kasih diletakkan ke ALLAH melebihi rasa cinta kita ke makhluqNYA, niscaya kita tidak akan didatangi kecewa. Sedih yang melanda akan segera terobati bila cinta kepada ALLAH menguasai jiwa. Bahkan, jiwa akan hidup dalam ketenangan dan kemanisan iman akan mulai menyerap ke dalam jiwa.

Hadis riwayat Anas ra, dia berkata bahwa Nabi sallAllahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Ada tiga hal yang barang siapa mengamalkannya, maka ia dapat menemukan manisnya iman, yaitu orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya dari yang lain, mencintai orang lain hanya karena Allah, tidak suka kembali ke dalam kekufuran (setelah Allah menyelamatkannya) sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam neraka. " - [Shahih Muslim no.60]

Semoga tulisan singkat ini bisa memicu rasa ingin memperbaiki rasa cinta kepadanya. Mudah-mudahan kita semua tergolong dalam kelompok manusia yang menempatkan dambaan cinta dan redha ALLAH sebagai yang terutama, amin.






Wallahu A'lam.

- Artikel iluvislam.com

**~** Kiat Praktis Menghafal Al-Quran **~**






Diantara keistimewaan Al Qur’an adalah merupakan kitab suci yang mudah untuk dihafal, diingat, disimpan dalam hati dan dipahami.

وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ

“ Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”(Al.Qamar : 17)

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”( Al Hijr : 9)

Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Al Qur’an ini dengan ungkapan yang tegas. Diantara perangkat untuk memeliharanya adalah menyiapkan orang yang menghafalnya pada setiap generasi. Ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang menghafal Al Qur’an dan Mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum menginjal usia baligh. Tidak masalah meski mereka belummemahaminya namun mereka dapat menyimpannya dalam hati untuk kemudian bisa memahaminya setelah dewasa.

Berikut Kiat-kiat praktis untuk Menghafal Al-Qur’an ;

1. Mengikhlaskan Niat
2. Azam (tekad) yang kuat
3. Sabar dan Teguh
4. Mengetahui keutamaan Penghafal Qur’an untuk meningkatkan motivasi dan konsistensi.

Allah SWT berfirman :

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan sholat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, agar Allah menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari karunia-Nya. sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha mensyukuri”

“ Orang yang membaca Al-Qur’an dan pandai dalam membacanya, ia bersama para malaikat yang mulia. Dan yang membaca Al-Qur’an dengan mengeja dan ia membacanya dengan sulit-ia mendapat dua pahala” ( HR Muslim).

5. Memilih Waktu yang tepat ( Waktu Ashar, setelah Maghrib, setelah Subuh).
6. Menghafal melalui Orang yang Mahir dan hafizh.
7. Membenarkan Ayat-ayat kemudian mengkaitkannya satu dengan lainnya.
8. Membaca kitab Tafsir.
9. Konsisten dengan satu Mushaf.
10. Mempelajari Ilmu yang mendukung ( bahasa Arab ).
11. Dipakai dalam bacaan sholat.

**~** Tips/Panduan Atasi Zina Hati **~**



Selagi dinamakan manusia, kita memiliki perasaan suka mengasihi dan dikasihi. Memang adat kehidupan bahwa kasih cinta didahului dengan merasa rindu, namun jangan pula rindu berlebihan.

Kerinduan kepada kekasih, seringkali membekaskan duka, penyakit menyebabkan kelemahan hati.

Kita sebenarnya berperang dengan perasaan. Namun, seorang Muslim akan terasa nikmat jika dapat menjauhi keluhan, kesedihan dan kerinduan ini.


Ibnu Qayyim memberikan terapi mujarab mengenai masalah rindu.

Sebelum itu beliau memberikan alasan mengapa rasa rindu berlebihan terjadi. Antaranya: Hati tidak terisi oleh rasa cinta, syukur, zikir dan ibadah kepada Allah sebaliknya membiarkan mata meliar. Tampilan dan renungan mata adalah jalan membawa kepada kesedihan dan keresahan.

Rasulullah SAW bersabda:

"Pandangan mata itu satu dari sekian banyak anak panah iblis."

Setiap penyakit ada obatnya. Obat yang terbaik adalah meneguk dari pengajaran Alquran seperti firman Allah:

"Demikianlah supaya kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba kami yang terpilih."
(Surah Yusuf, ayat ke-24)

Berikut adalah beberapa tips yang ingin diinformasikan:

Ikhlas kepada Allah.

Ikhlas adalah obat penyakit rindu. Ikhlas kepada Allah berarti selalu berusaha berada di pintu ibadah dan memohon kesembuhan dari Allah.
Jika kita ikhlas kepada Allah, Allah akan menolong kita dari penyakit kerinduan dalam cara tidak pernah terdetik di hati.

Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan:

"Sungguh jika hati telah merasakan manisnya ibadah kepada Allah dan ikhlas kepada-Nya, niscaya ia tidak akan menemukan hal lain yang lebih manis, indah, nikmat dan baik dari Allah. Manusia tidak akan meninggalkan sesuatu dicintainya, melainkan setelah memperoleh kekasih lain yang lebih dicintainya .

Doa mengundang sikap, rasa fakir dan rendah diri di hadapan Allah.

Maka doa adalah salah satu bentuk ibadah yang agung. Ketika kita berada dalam kesempitan, kita sungguh-sungguh dalam berdoa, merasakan Allah sangat dekat mendengarkan rayuan.

Mengelola mata dan pandangan.

Tampilan yang berulang-ulang adalah saklar penting menyalakan api rindu.
Orang yang memandang dengan sepintas lalu jarang merasakan hati terusik dan jatuh.

Ibnu Qayyim mengatakan:

"Orang berakal tidak mudah tergelincir jatuh hati dan rindu, dia tidak tertimpa berbagai kerusakan. Barang siapa yang terjun ke dalamnya maka ia termasuk orang yang menzalimi diri sendiri, tertipu dan akhirnya binasa. Jika dia tidak melakukan pandangan berkali-kali terhadap orang yang dikagumi dan usahanya itu merenggut benang asmara, pastilah asmara tidak akan kokoh mencengkam jiwanya. "

Menikah dan membangun rumah tangga adalah langkah paling baik.

Inilah obat rindu paling baik. Tidak harus menikah dengan orang yang kita kagumi.
Meskipun pernikahan itu dilangsungkan tidak dengan orang dicintai dan diidamkan.

- Artikel iluvislam.com

**~** Ciri Wanita Muslimah Ahli Surga **~**


Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

  1. Bertakwa.
  2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
  3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu.
  4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.
  5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.
  6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.
  7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.
  8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.
  9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.
  10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.
  11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.
  12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).
  13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.
  14. Berbakti kepada kedua orang tua.
  15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.

Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga yang kami sadur dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. An Nisa’ : 13)

Wallahu A’lam Bis Shawab.

**~** Di Mana Dia Di Hatimu? **~**



Saat Rasulullah s.a.w. dan Abu Bakar bersembunyi di Gua Thur, dalam perjalanan hendak berhijrah ke Madinah, musuh-musuh Islam sudah berdiri di depan pintu gua dan hampir menemui mereka.

Ketika Abu Bakar cemas, Rasulullah s.a.w. menenangkannya dengan berkata, "Jangan takut, Allah bersama kita."

Itulah kehebatan Rasulullah, ALLAH selalu di hatinya.

Ketika di ambang maut?

Sewaktu Da'thur, seorang tentara musuh menyerang endap Rasulullah saw
lalu meletakkan pedang di leher beliau dan bertanya, "Siapakah akan menyelamatkan kamu dariku?"

Jawab Rasulullah penuh yakin, "ALLAH."

Mendengar jawaban itu, gementarlah Da'thur dan terlepaslah pedang dari tangannya. Itulah kehebatan Rasulullah ... selalu ada DIA di hati beliau.

Ketika tidak siapa mengetahui?

Diceritakan juga bahwa pada suatu ketika Khalifah Umar bin Khattab ingin menguji seorang budak gembala kambing di sebuah padang pasir. "Bisa kau jualkan kepadaku seekor dari kambing-kambing yang banyak ini?"

"Maaf tuan, tidak bisa. Kambing ini bukan saya yang punya. Ia milik tuan saya. Saya hanya dipercayakan untuk menjaganya saja."

"Kambing ini terlalu banyak dan tidak ada orang selain aku dan kamu di sini. Jika kau jualkan seekor kepadaku dan kau katakan kepada tuanmu bahwa kambing itu telah dimakan serigala, tuanmu tidak akan mengetahuinya," desak Umar lagi, sengaja menguji.

"Kalau begitu, di mana Allah?" ujar budak itu.

Umar terdiam dan kagum dengan keimanan yang tinggi di dalam hati anak kecil itu.
Meskipun hanya seorang gembala kambing yakni karyawan bawahan, tetapi dengan kejujuran dan keimanannya, dia punya posisi yang tinggi di sisiALLAH. Jelas ada DIA di hatinya.

Ketika kamu tidak jabatan?

Satu ketika yang lain, Sayidina Khalid Al-Walid diturunkan pangkatnya dari seorang jenderal menjadi seorang prajurit biasa oleh Khalifah Umar. Keesokannya, Sayidina Khalid tetap ke medan perang dengan semangat yang sama.
Tidak terpengaruh sedikit pun perasaan dan semangat jihadnya meskipun telah diturunkan pangkat.

Ketika ditanya mengapa, Sayidina Khalid menjawab, "Aku berjuang bukan karena Umar." Ya, Sayidina Khalid berjuang karena ALLAH. Ada DIA di hatinya.

Lalu, di mana Dia dihati kita?

Melihat anekdot-anekdot itu, aku terkesima lalu bertanya kepada diri, di manakah DIA dalam hatiku?

Apakah ALLAH selalu menjadi ketergantungan harapan dan tempat merujuk dan membujuk hatiku yang rawan?

ALLAH ciptakan manusia hanya dengan satu hati. Di sanalah sesuai cinta ALLAH bersemi. Jika cinta ALLAH yang bersinar, sirnalah segala cinta yang lain. Tetapi jika sebaliknya, cinta selain-NYA yang ada di situ, maka cinta Allah akan terpinggirkan. Ketika itu, tidak DIA di hatiku!

Sering diri ini berbicara sendiri, bersendikan sedikit ilmu dan didikan dari guru-guru dalam hidupku, kata mereka (dan aku sangat yakin dengan kata itu);

"Bila Allah ada di hatimu, kau seolah-olah memiliki segala-galanya. Itulah kekayaan, ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki."

Kata-kata itu sangat menghantui diriku. Ia menyebabkan aku berpikir, merenung dan bermenung, apakah ALLAH menjadi fokus dalam hidupku?

Apakah yang aku pikir, rasa, lakukan dan laksanakan selalu merujuk kepada-NYA?

Bila bertemu antara kehendak-NYA dengan kehendakku, kehendak siapa yang aku dahulukan? Sanggupkah aku menyayangi hanya karena-NYA? Tegakah aku membenci juga karena-NYA?

Muhasabah ini melebar lagi. Lalu aku tanyakan pada diri, bagaimana sikapku terhadap hukum-MU?

Sudahkah aku melawan hawa nafsu untuk patuh dan melakukan segala yang wajib sekalipun perit dan sakit ketika melaksanakannya? Sudahkah aku meninggalkan segala yang haram meskipun terlihat indah dan menyenangkan ketika ingin melakukannya?

Pertanyaan ini sesungguhnya telah menimbulkan banyak persoalan. Bukan akal yang menjawabnya, tetapi rasa hati yang sangat dalam. Aku tidak dapat mendustai-MU, ya ALLAH.

Dan aku juga tidak dapat mendustai diri sendiri

Aku teringat bagaimana suatu ketika seorang sufi diajukan orang dengan satu pertanyaan, "Apakah engkau takut ALLAH?"

Dia menangis dan menjawab, "Aku serba salah untuk menjawab ya atau tidak. Jika aku katakan tidak, aku akan menjadi seorang yang kafir. Sebaliknya kalau aku katakan ya, aku terasa menjadi seorang munafik. Sikapku berbeda dengan kata-kata. Orang yang takut ALLAH bergetar hatinya bila mendengar ayat-ayat Allah tapi aku tidak ... "

Maksudnya, jika seorang sufi yang hatinya begitu dekat dengan ALLAH pun sulit bila ditanyakan apakah ada DIA di hatinya, lebih-lebih lagilah aku yang hina dan berdosa ini.

Di hatiku masih ada dua cinta yang bergolak dan berbolak-balik. Antara cinta ALLAH dan cinta dunia sedang berperang dengan begitu hebat dan dahsyat sekali.

Kalau kau tanyakan aku, "Apakah DIA di hatimu?"

Aku hanya mampu menjawab, "Aku seorang insan yang sedang bermujahadah agar ada DIA di hatiku. Aku belum sampai ke tingkat mencintai-NYA tetapi aku yakin aku telah memulai langkah untuk mencintai-NYA."

Justru, karena belum ada DIA di hatiku, hidupku belum bahagia, belum tenang, dan belum sejahtera. Aku akan terus mencari. Aku yakin ALLAH itu dekat, pintu ampunan-NYA lebih luas dari pintu kemurkaan-NYA.

Selangkah aku mendekat, seribu langkah DIA merapat. Dan akhirnya ... aku yakin ... suatu saat nanti, akan ada DIA di hatiku dan di hatimu jua.

Dan kita akan terus mengemis kasih_Nya ...

- Artikel iluvislam.com

**~** Masuk Surga Tanpa Hisab. Mau ? **~**




Banyak Jalan menuju Surga, namun ternyata lebih banyak persimpangan pula menuju Neraka. Setiap manusia yang beriman atau percaya pada kehidupan setelah mati, tentu mendambakan masuk Surga karena demikian besarnya kenikmatan yang digambarkan oleh Allah dalam Al Qur’an tentang Surga. Gambaran yang tak mungkin terjangkau oleh Indera manusia karena sesungguhnya kenikmatan surga jauh melampaui yang mampu dibayangkan oleh manusia.

Ternyata masuk surga juga punya jalur Khusus, dimana ada golongan manusia yang bisa masuk Surga tanpa hisab

Ternyata masuk surga juga punya jalur Khusus, dimana ada golongan manusia yang bisa masuk Surga tanpa hisab ( perhitungan amal ). Setiap manusia yang mendambakan Surga tentu sangat menginginkan hal tersebut. Kalau ada jalan pintas, mengapa kita harus melalui jalan yang panjang dan berliku? Tapi apakah jalan pintas itu selalu mulus dan mudah? Jawabannya adalah : belum tentu.

Yuk kita simak siapa saja yang termasuk golongan orang-orang yang masuk surga tanpa hisab! Supaya kita dapat bermuhasabah, menghitung diri, apakah kita sudah tergolong di dalamnya ? atau jika belum, semoga masih ada kesempatan bagi kita untuk berusaha sekuat kemampuan menjadi salah satu dari orang-orang yang beruntung itu.

1. Mereka yang lurus/ kokoh aqidahnya, murni niatnya karena allah, bersih fitrah-nya, jujur nuraninya dan senantiasa berpegang teguh kepada kitab Allah (Al-qur’an) dan sunnah Nabinya.

2. Orang-orang yang tidak mengobati lukanya dengan besi panas (melakukan Kay). Menempelkan besi panas pada luka biasa digunakan sebagai pengobatan, dengan menempelkannya pada luka dengan tujuan membakar dan menghentikan / menutup aliran darah, sebenarnya ada 4 hukumnya yaitu yang melarang, yang membolehkan dalam kondisi tertentu, yang memuji orang yang meninggalkannya, dan yang menganjurkan untuk tidak menggunakannya sama sekali atau membencinya. Dari beberapa hadits yang berhubungan dengan pengobatan cara ini terlihat bahwa rasulullah saw pernah melakukannya, tidak menyukainya, memuji orang yang tidak menggunakannya, dan kemudian melarang penggunaannya.

3. Mereka yang bertawakkal kepada Allah.

Di dunia tawakkal adalah obat untuk semua penyakit, di akhirat merupakan salah satu syarat utama untuk masuk surga.

Allah berfirman :

وَتَوَكَّلْ عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ وَسَبِّحْ بِحَمْدِهِ وَكَفَى بِهِ بِذُنُوبِ عِبَادِهِ خَبِيراً

"Dan bertawakkallah kepada Allah Yang Hidup (Kekal) Yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya" ( Al Furqan : 58)

4. “Pembawa” Al-Quran.

Yang dimaksud adalah orang yang membacanya di waktu siang dan malam hari, mempelajari dan mengajarkannya serta mengamalkannya semata-mata mengharapkan ridha Allah SWT.

5. Ulama.

6. Orang-orang yang memiliki keutamaan.

7. Orang-orang yang sabar.

8. Orang-orang yang selalu menahan amarahnya dan memaafkan orang lain.

9. Syuhada.

10. Orang-orang miskin dari umat Muhammad.

11. Orang-orang yang suka meringankan beban orang lain.

12. Para muazin.

13. Mereka yang mengerjakan sholat pada waktunya.

14. Mereka yang selalu menerima apapun ketetapan Allah dengan rela hati.

15. Orang-orang yang rajin berzikir.

Mudah-mudahan segala amal yang kita lakukan yang meliputi usaha fisik maupun ruhani, kini dapat lebih kita fokuskan untuk menggapai SurgaNya Allah melalui satu atau beberapa jalan pintas yang telah disebutkan di atas dan semoga Allah mudahkan kita untuk istiqomah dalam menjalaninya. Laa haula walaa quwwata illa billah.

(prima yuniarti/voa-islam.com)

**~** Mencari Ketenangan Hati **~**







Ketenangan itu dicapai dalam zikrullah.
Namun zikrullah yang bagaimana dapat mempengaruhi dan dampak ke hati? Banyak yang berzikir tetapi tidak tenang.

Ada orang berkata, "ketika saya dihimpit hutang, jatuh sakit, dicerca dan difitnah, saya pun berzikir. Saya ucapkan subhanallah, alhamdulillah, Allah hu Akbar ratusan bahkan ribuan kali tetapi mengapa hati tidak tenang juga?"

Zikrullah hakikatnya bukan sekadar menyebut atau menuturkan kalimat. Ada bedanya antara berzikir dengan "membaca" kalimat zikir. Zikir yang efektif melibatkan tiga dimensi - dimensi lidah (qauli), hati (qalbi) dan perlakuan (fikli).

Mari kita lihat lebih dekat bagaimana ketiga dimensi dzikir ini diaplikasikan. Katalah lidah kita mengucapkan subhanallah - artinya Maha Suci Allah. Itu zikir qauli.

Namun, pada waktu yang sama hati harus merasakan Allah itu Maha Suci pada zat, sifat dan af'al (perbuatannya). Segala ilmu yang kita miliki tentang kesucian Allah harus dirasakan bukan hanya diketahui. Allah itu misalnya, suci dari sifat-sifat kotor seperti dendam, khianat, prasangka dan sebagainya.

Dimensi Kata, Rasa Dan Tindakan

Jika seorang hamba yang berdosa bertobat kepada-Nya, Allah tidak hanya mengampunkannya, malah menghapus catatan dosa itu, bahkan menyayangi dan memberi "hadiah" kepadanya. Firman Allah:

"Hai orang-orang yang beriman! Bertobatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Allah akan menghapus dosa-dan memasukkan kamu ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai ..." (Surah At Tahrim: 8)

Firman Allah lagi:

"... Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang menyucikan diri." (Surah Al Baqarah: 222)

Sifat ini berbeda sekali dengan kita manusia yang kekadang begitu sulit memaafkan kesalahan orang lain. Dan segelintir yang mampu memaafkan pula begitu sulit melupakan - forgive yes, forget not! Hendak memberi hadiah kepada orang yang bersalah mencaci, memfitnah dan menghina kita?

Ah, jauh panggang dari api! Begitulah kotornya hati kita yang selalu diselubungi dendam, prasangka dan sulit memaafkan. Tidak seperti Allah yang begitu suci, lunak dan pemaaf. Jadi, bila kita bertasbih, rasa-rasa inilah yang harus diresapkan ke dalam hati. Ini zikir qalbi namanya.

Tidak cukup di tingkat itu, zikrullah perlu ditingkatkan lagi ke dimensi ketiga. Hendaklah orang yang bertasbih itu memastikan perlakuannya benar-benar menyucikan Allah. Artinya, dia melakukan hal yang sesuai dengan perintah Allah yang Maha Suci dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. Yang halal, wajib, harus dan sunat membuat. Sedangkan yang haram dan makruh ditinggalkannya. Zina, mengumpat, mencuri, memfitnah dan lain-lain dosa yang keji dan kotor dijauhi. Bila ini dapat dilakukan kita telah tiba di dimensi ketiga zikrullah - zikir fikli!

Jika ketiga dimensi zikrullah itu dapat dilakukan, maka dampaknya sangat mendalam ke hati. Minimal hati akan dapat merasakan empat hal:

Rasa kehambaan. Rasa bertuhan. Memahami maksud takdir. Mendapat hikmah di balik ujian.

Hati adalah sumber dari segala-galanya dalam hidup kita, agar kehidupan kita baik dan benar, maka kita perlu menjaga kebersihan hati kita. Jangan sampai hati kita kotori dengan hal-hal yang dapat merusak kehidupan kita apalagi sampai merusak kebahagiaan hidup kita di dunia ini dan di akhirat nanti.

Untuk menjaga kebersihan hati maka kita juga perlu untuk menjaga penglihatan, pendengaran, pikiran, ucapan kita dari hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT. Dengan menjaga hal-hal tersebut kita dapat menjaga kebersihan hati kita. Dengan hati yang bersih kita gapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rasa kehambaan

Rasa kehambaan adalah rasa yang harus ada di dalam hati seorang hamba Allah terhadap Tuhan-Nya. Antara rasa itu adalah rasa miskin, jahil, lemah, bersalah, hina dan lain-lain lagi. Bila diuji dengan kesakitan, kemiskinan, pertengkaran misalnya, seorang yang memiliki rasa kehambaan nampak segalanya itu datang dari Allah. Firman Allah:

"Katakanlah (Muhammad), tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakal orang-orang yang beriman." (Surah At Taubah: 51)

Seorang hamba akan pasrah dan merasakan bahwa dia benar diuji. Bukankah dia seorang hamba? Dia mematuhi apa yang terjadi dan tidak mempertanyakan mengapa aku yang diuji? Kenapa aku, bukan orang lain? Ini samalah dengan mempertanyakan Allah yang mendatangkan ujian itu. Menerima hakikat bahwa kita layak diuji akan menyebabkan hati menjadi tenang. Jika kita "memberontak" hati akan bertambah kacau.

Imam Ghazali pernah menyatakan bahwa cukuplah seseorang hamba dikatakan sudah "memberontak" kepada Tuhannya bila dia mengubah kebiasaan-kebiasaan dalam hidupnya saat diuji Allah dengan sesuatu yang tidak disukainya.

Misalnya, dia tidak lalu ingin makan-minum secara teratur, tidak mandi, tidak menyisir rambut, tidak berpakaian rapi, tidak membereskan kumis dan janggut dan lain-lain yang menjadi selalu menjadi rutin hidupnya.

Ungkapan mandi tak basah, tidur tak lena, makan tak kenyang adalah "demonstrasi" seorang yang sudah tercabut rasa kehambaannya saat diuji.

Bila ditimpa ujian kita diajarkan untuk mengucapkan kalimat istirja '- innalillah wa inna ilaihi rajiun. Firman Allah:

"... Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-nyalah kami kembali." (Surah Al Baqarah: 156)

Mengapa kita diperintahkan mengucapkan istirja '?

Kalimah ini sebenarnya mengingatkan kita agar kembali merasakan rasa kehambaan. Bahwa kita adalah hamba milik Allah dan kepada-Nya kita akan dikembalikan. Kita layak, patut dan harus diuji karena kita hamba, bukan tuan apalagi Tuhan dalam hidup ini.

Rasa Bertuhan

Rasa kehambaan yang serba lemah, miskin, kurang dan jahil itu harus diimbangi oleh rasa bertuhan. Bila kita rasa lemah timbul ketergantungan kepada yang Maha kuat. Bila kita rasa kurang timbul pengharapan kepada yang Maha sempurna. Bila miskin, timbul rasa ingin meminta kepada yang Maha kaya. Rasa pengharapan, pengaduan dan permintaan hasil menghayati sifat-sifat Allah yang Maha sempurna itulah yang dikatakan rasa bertuhan.

Jika rasa kehambaan menyebabkan kita takut, hina, lemah sebaliknya rasa bertuhan akan menimbulkan rasa berani, mulia dan kuat. Seorang hamba yang paling kuat di kalangan manusia adalah dia yang merasa lemah di sisi Allah.

Ketika itu ujian walau bagaimana berat sekalipun akan mampu dihadapi karena merasakan Allah akan membantunya. Inilah rasa yang dialami oleh Rasulullah SAW yang menenteramkan kekhawatiran Sayidina Abu Bakar ketika bersembunyi di gua Thaur dengan katanya, "la tahzan innallaha maana - jangan takut, sesungguhnya Allah bersama kita!"

Rasa bertuhan inilah yang menyebabkan para nabi dan rasul, mujaddid dan mujtahid, para mujahid dan murabbi sanggup menghadapi kekuatan mayoritas masyarakat yang menentang mereka maupun kezaliman pemerintah yang berkuasa.

Tidak ada istilah kecewa dan putus asa dalam kamus hidup mereka. Doa adalah senjata mereka sedangkan shalat dan sabar menjadi wasilah mendapat pertolongan Allah.

Firman Allah:

"Dan pohonlah pertolongan dengan sabar dan shalat." (Surah Al Baqarah)

Dalam kondisi, positif maupun negatif, miskin atau kaya, berkuasa atau rakyat biasa, tidak dikenal atau populer, hati mereka tetap tenang. Firman Allah:

"Dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang yang beriman, supaya keimanan mereka makin bertambah dari keimanan yang telah ada. Kepunyaan Allah pada langit dan bumi, dan Allah itu Maha Tahu dan Bijaksana." (Surah Al-Fath: 4)

Bila hati tenang terjadilah kondisi yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya:

Maksudnya: "Sangat menarik hati keadaan orang beriman, semua pekerjaannya baik belaka, dan itu ada hanya pada orang beriman: Jika memperoleh kesenangan, dia bersyukur. Dan itu memberikannya kebaikan (pahala). Jika ditimpa bahaya (kesusahan), dia sabar dan itu juga memberikannya kebaikan. " - Al Hadis

Memahami Maksud Takdir Allah

Mana mungkin kita menghindari dari diuji karena itu adalah takdir Allah SWT. Yang mampu kita buat hanya meningkatkan tingkat ketergantungan kita kepada Allah di samping berusaha sekuat tenaga menyelesaikan masalah itu. Ungkapan yang terkenal: We can't direct the wind but we can adjust our sail - kita tidak mampu mengontrol arah tiupan angin, kita hanya mampu mengontrol kemudi pelayaran kita.

Kemudi dalam perjalanan kehidupan kita adalah hati. Hati yang bersifat bolak-balik (terutama bila diuji) hanya akan tenang bila kita beriman kepada Allah - yakin kepada kasih-sayang, ampunan dan sifat pemurah-Nya. Dalam setiap takdir yang ditimpakan-Nya ke atas kita adalah berarti baik sekalipun terlihat negatif. Baik dan buruk hanya pada pandangan kita yang terbatas, namun pada pandangan-Nya yang Maha luas, semua yang ditakdirkan atas hamba-Nya pasti berarti baik.

Tidak salah untuk kita menyelesaikan masalah yang menimpa (bahkan kita dituntut untuk melakukannya), namun jika masalah itu tidak juga dapat diselesaikan, bersangka baik kepada Allah berdasarkan firman-Nya:

"Ada hal yang kamu tidak suka tetapi ia baik bagimu dan ada hal yang kamu suka tapi ia buruk bagimu, Dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahuinya." (Surah Al Baqarah: 216)

Seorang ahli hikmah, Ibn Atoillah menjelaskan hakikat ini melalui katanya, "barang siapa yang menyangka sifat kasih sayang Allah terpisah dalam takdir-Nya, maka itu adalah karena pendeknya penglihatan akal dan mata hati seseorang."

Siapa tidak inginkan kekayaan, bahkan kita dituntut mencari harta. Namun jika setelah berusaha sekuat tenaga, masih miskin juga, bersangka baiklah dengan Tuhan ... mungkin itu caranya untuk kita mendapatkan pahala sabar. Begitu juga kalau kita ditakdirkan kita tidak berilmu, maka berusahalah untuk belajar, karena itulah maksud Allah menakdirkan begitu.

Kalau kita berkuasa, Allah inginkan kita melaksanakan keadilan. Sebaliknya, kalau kita diperintah (oleh pemimpin yang baik), itulah jalan untuk kita memberi ketaatan. Rupanya cantik kita gunakan ke arah kebaikan. Jelek? kita selamat dari fitnah dan godaan. Ya, dalam setiap takdir Allah, hati kita dipimpin untuk memahami apa maksud Allah di balik takdir itu.

Jadi, kita tidak akan merungut, stres dan tertekan dengan ujian hidup. Hayatilah kata-apa yang ditulis oleh Ibnu Atoillah ini: "Untuk meringankan kepedihan bala yang menimpa, ingin dikenal bahwa Allah-lah yang menurunkan bala itu. Dan yakinlah bahwa hasil (takdir) Allah itu akan memberikan yang terbaik."

Tadbirlah hidup kita baik, namun ingatlah takdir Tuhan selalu mengatasi admin insan. Jangan mencoba mengambil alih "pekerjaan Tuhan" yakni mencoba menentukan arah angin dalam kehidupan ini tetapi buatlah kerja kita, yakni mengontrol pelayaran hidup kita dengan meningkatkan iman dari waktu ke waktu. Kata bijak: "It's not what terjadi untuk Anda, but it's what you do about it. It is not how low you fall but how kualitas you bounce back!"

Mendapat Hikmah Bila Diuji

Hikmah adalah sesuatu yang tersirat dibalik yang tersurat. Hikmah dikaruniai sebagai hadiah paling besar dengan satu ujian. Hikmah hanya dapat ditempa oleh "mehnah" - didikan langsung dari Allah melalui ujian-ujian-Nya.

Rasulullah s.a.w. bersabda, "perumpamaan orang yang beriman ketika ditimpa ujian, bagai besi yang dimasukkan ke dalam api, lalu hilanglah karatnya (tahi besi) dan tinggallah yang baik saja!"

Jika tidak diuji, bagaimana hamba yang taat itu hendak mendapat pahala sabar, syukur, reda, pemaaf, qanaah dari Tuhan? Maka dengan ujian bentuk inilah ada di kalangan para rasul ditingkatkan ke derajat Ulul Azmi - yakni mereka yang paling gigih, sabar dan berani menanggung ujian.

Singkatnya, hikmah adalah karunia termahal di balik ujian buat kaum para nabi, siddiqin, syuhada dan solihin adalah mereka yang selalu diuji.

Firman Allah: "Apakah kamu mengira akan masuk ke dalam surga sedangkan kepadamu belum datang penderitaan sebagai ¬ mana yang diderita orang-orang sebelum kamu, yaitu mereka ditimpa kesengsaraan, kemelaratan dan kegoncangan, sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya merintih: "Bilakah pertolongan Allah?" (Surah Al Baqarah: 214)

Pendek kata, untuk orang beriman, ujian bukanlah sesuatu yang negatif karena Allah selalu memiliki maksud-maksud yang baik di sebaliknya. Malah dalam keadaan berdosa sekalipun, ujian didatangkan-Nya sebagai pengampunan. Sedangkan dalam kondisi taat, ujian didatangkan untuk meningkatkan derajat.

Justru, telah sering para muqarrabin (orang yang dekat dengan Allah) pada hikmah ujian dengan berkata: "Allah melapangkan bagimu supaya engkau tidak selalu dalam kesempitan dan Allah menyempitkan bagi mu supaya engkau tidak hanyut dalam kelapangan, dan Allah melepaskan engkau dari keduanya, supaya engkau tidak tergantung pada sesuatu selain Allah. "

Bila keempat hal ini dapat kita miliki maka hati akan selalu riang, gembira dan tenang dengan setiap pekerjaan yang dilakukan. Selalu melakukan kerja amal, tolong menolong, bergotong royong, selalu berbicara benar, sopan dan hidup dengan berkasih sayang antara satu dengan lainnya.
Marilah kita bersihkan hati kita dari segala kotorannya dengan memperbanyak zikrullah. Itulah satu-satunya jalan untuk mencari kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Manusia memerlukan zikir umpama ikan perlu air. Tanpa dzikir, hati akan mati. Tidak salah memburu kekayaan, ilmu, nama yang baik, pangkat yang tinggi tetapi zikrullah harus menjadi inti dan dasarnya.

Insya-Allah, dengan zikrullah hati kita akan lapang sekalipun duduk di dalam pondok yang sempit apalagi kalau tinggal di istana yang luas. Inilah bukti keadilan Allah karena meletakkan kebahagiaan pada zikrullah - sesuatu yang dapat dicapai oleh semua manusia tidak kira miskin atau kaya, berkuasa atau rakyat jelata, jelek atau jelita.

Dengan itu semua orang layak untuk bahagia asalkan tahu arti dan dalam jalan yang sebenarnya dalam mencarinya. Rupa-rupanya yang di cari terlalu dekat ... hanya berada di dalam hati sendiri!




- Artikel iluvislam.com

**~** Karakteristik Wanita Shalehah **~**






Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar shalehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah SWT.

Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu:
1. Taat kepada Allah dan RasulNya
2. Taat kepada suami


Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut:

1- Taat kepada Allah dan RasulNya


Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah SAW?
- Mencintai Allah SWT dan Rasulullah SAW. melebihi dari segala-galanya.
- Wajib menutup aurat
- Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah
- Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada muhrim bersamanya
- Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa
- Berbuat baik kepada ibu & bapa
- Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang
- Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa
- Bersikap baik terhadap tetangga

2. Taat kepada suami
- Memelihara kewajipan terhadap suami
- Sentiasa menyenangkan suami
- Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya
selama suami tiada di rumah.
- Tidak cemberut di hadapan suami.
- Tidak menolak ajakan suami untuk tidur
- Tidak keluar tanpa izin suami.
- Tidak meninggikan suara melebihi suara suami
- Tidak membantah suaminya dalam kebenaran
- Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya.
- Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga






voa-islam

**~** Tambahkan Rezeki Dengan Menikah **~**







Islam sebagai satu jalan dan cara hidup komprehensif menekankan penting meletakkan pedoman dan standar tinggi yang rinci untuk membimbing manusia ke arah keredaanNya.

Dalam Islam, perkawinan dan hubungan suami isteri serta seisi keluarga adalah hal mulia dipandang penting.

Allah SWT yang menciptakan manusia dengan sebaik kejadian, meletakkan unsur syahwat dan menanam perasaan kasih sayang yang bergerak sejalan dengan perkembangan kemanusiaan itu sendiri.

Islam merayakan fitrah dan kebutuhan hidup manusia, misalnya kebutuhan ingin dikasihi, memiliki pasangan hidup dan keluarga sebagai tempat menerima dan mencurahkan kasih sayang.

Oleh itu, semua orang yang berkemampuan dan cukup syarat dianjurkan menikah dan membangun keluarga.

Allah SWT berfirman: "Dan di antara tanda kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya bahwa Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenis kamu sendiri agar kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan di antara kamu suami istri perasaan kasih sayang dan belas kasihan. " (Surah al-Rum, ayat 21)

Islam juga memberi panduan bagi kaum muda yang ingin menikah dengan niat menjaga diri dari dosa dan maksiat, tetapi khawatir rezekinya apakah cukup atau tidak untuk menghidupi keluarga.

Dalam hal ini, jika usaha mencari rezeki dilakukan dengan tersusun berikutnya, yakinlah bahwa rezeki akan dimudahkan dalam pernikahan itu.

Ia dinyatakan dalam firman Allah: "Dan kahwinilah orang yang sendirian di antara kamu, dan orang yang layak (menikah) dari hamba yang lelaki dan perempuan. Jika mereka miskin, Allah akan mengkayakan mereka dari rezeki-Nya. Dan Allah Maha Luas Pemberian -Nya dan Maha Mengetahui. " (Surah al-Nur, ayat 32)


Namun begitu, jika seseorang belum memiliki kemampuan dan persediaan menempuh kehidupan berkeluarga, maka harus berusaha menahan hawa nafsu dengan sebaiknya.

Panduan itu diberikan Rasulullah SAW dalam sabdanya yang artinya: "Wahai orang muda, siapa di antara kamu yang mampu menikah maka hendaklah dia menikah karena ia (yaitu pernikahan) dapat mengontrol mata dan kemaluan. Barang siapa yang tidak mampu maka hendaklah dia berpuasa karena ( yaitu puasa) akan menjadi penjaga baginya. " (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Islam sebenarnya tidak mendorong umatnya mengambil sikap netral dengan tidak mementingkan urusan pernikahan. Rasulullah SAW pernah menggambarkan kegembiraan Beliau di akhirat dengan jumlah umatnya yang banyak hasil dari pernikahan berlangsung di kalangan umatnya.

Sabda beliau SAW berarti: "Nabi SAW menyuruh kami untuk menikah dan melarang kami membujang. Larangan itu ia tekankan dengan cukup keras dengan bersabda:" nikahilah wanita yang subur dan penyayang, karena aku bangga melihat umatku yang banyak pada hari kiamat. "( Riwayat Ahmad)

Namun begitu, kita harus melihat dengan lebih rinci bahwa apa yang menjadi impian Rasulullah SAW adalah umatnya banyak, berkualitas, memiliki jati diri Muslim sebenarnya.

Apakah yang dikatakan pernikahan itu? Dr Wahbah al-Zuhayli dalam kitabnya al-Fiqh al-Islamiy meletakkan definisi pernikahan atau al-nikah sebagai 'satu akad yang menghalalkan pergaulan antara seorang pria dengan seorang perempuan bukan muhrim, menimbulkan hak dan kewajiban antara kedua mereka.'

Melalui definisi ini, beberapa hal penting dapat dikeluarkan:

# Pertama, pernikahan menyatukan antara dua insan yang saling mencintai dengan menggunakan akad ijab kabul yang sah dalam Islam. Ini berhubungan perjanjian dengan Allah untuk menjaga hal yang digariskan antara mereka setelah akad dilaksankan. Justru, pernikahan memiliki nilai keagamaan, ketundukan kepada Allah dan mematuhi peraturan yang Allah tetapkan untuk dijaga di sepanjang prkahwinan berlangsung.

# Kedua, adalah jelas bahwa pernikahan hanya dapat terjadi di antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim. Dengan itu, Islam melarang hubungan sesama muhrim meskipun mereka saling mencintai seperti anak dan bapak, adik beradik, anak saudara dengan paman dan sebagainya. Termasuk hubungan muhrim yang terintegrasi dari hubungan darah, susuan dan persemendaan.

# Ketiga, hanya setelah adanya akad pernikahan, barulah ada hak dan kewajiban yang harus diikuti dan ditunaikan pasangan tersebut. Hak istri adalah kewajiban suami untuk tunaikan dan hak suami menjadi tanggung jawab istri untuk tunaikan. Hak anak yang lahir setelah ikatan itu menjadi tanggung jawab ayah dan ibu untuk tunaikan. Istilah tanggung jawab pula memberi konotasi yang besar, hal yang ditanggung dan harus ditunaikan dengan ikhlas, jika gagal maka ada pertanggungjawaban di hadapan Allah di akhirat terhadap pengabaian dan kegagalan itu. Itulah elemen keagamaan dan ketundukan kepada Allah di dalam pernikahan.

# Keempat, definisi itu juga menjelaskan bahwa pasangan yang belum menikah, apakah yang sedang bercinta atau bertunangan, belum ada apapun hak dan kewajiban mereka. Hubungan mereka belum dihalalkan agama dan mereka tidak bisa bebas bergaul, bergandengan tangan, berpelukan apalagi melakukan hubungan kelamin karena Islam tidak mengakui mereka sebagai pasangan yang sah. Inilah yang paling signifikan antara pernikahan di sisi pandangan barat dan Islam. Bagi kaum barat, bila pasangan saling cinta mencintai, maka hubungan kelamin adalah suatu yang lumrah. Agama tidak memiliki peran dalam pembawaan dan hasil dibuat. Karena itu, melakukan hubungan kelamin, memiliki anak sebelum menikah adalah hal bukan mengaibkan atau pelik dalam masyarakat mereka. Islam tidak mengizinkan kita menyerupai dan mengambil langkah seperti mereka.

# Kelima, akad pernikahan adalah ikatan murni antara lelaki dan perempuan untuk hidup bersama dalam sebuah rumah tangga. Nilai keagamaan sangat jelas dizahirkan di mana tertolaklah pernikahan sama jenis kelamin, lelaki dengan lelaki, perempuan dengan perempuan. Barat menerima perkembangan yang terjadi di mana pria dapat menikah dengan pria dan wanita menikah dengan wanita. Ia karena pernikahan bagi mereka adalah titik akhir penzahiran kecintaan antara dua insan. Tidak ada hubungan kait dengan elemen keagamaan. Sedangkan Islam sama sekali tidak mengakui hubungan gay atau lesbian. Bahkan Islam tidak mengakui perkawinan pihak yang membuat operasi ubah jenis kelamin. Islam tidak mengakui perkawinan pria menjadi perempuan dan perempuan menjadi lelaki.

# Keenam, pernikahan adalah ikatan suci yang bukan saja menggabungkan dua insan, tetapi dua keluarga dan keturunan. Maka silaturahim antara manusia akan berkembang dan kehidupan lebih berseri.

- Artikel iluvislam.com