Rabu, 02 Maret 2011

~*~ Nikmatnya Bersahabat Dengan Kesendirian ~*~





Hingar bingar dunia seringkali melenakan manusia. Keindahannya dibalut dalam keramaian yang penuh dengan kepentingan. Bagi yang tiada terbiasa, begitu kesendirian itu tiba, sejenak mereka akan merasa terpojok pada keadaan yang sangat menjemukan. Tapi justru sebenarnya disanalah nikmat itu berada. Kasih sayang Allah menanti kita untuk mendekat. Semua tergantung kepada keputusan diri kita untuk menyambutnya atau tidak.


Bahkan batinpun butuh istirahat, butuh nutrisi lebih untuk menahkodai langkah kita selalu menuju jalan yang benar. Mereka butuh sejenak, untuk mereview laporan kebaikan dan kebandelan kita sebagai "anak buahnya", kepada Allah SWT. Ternyata kesendirian membawa nikmat bagi hati hati yang merasa tiada pernah sendiri.


Ternyata kesedirian tak selamanya mematikan. Tanyalah kepada para pecinta malam yang terhanyut dalam sholat dan keintiman dengan Robb mereka. Betapa nikmatnya karunia sebuah air mata itu. Air mata penyesalan dan permohonan keampunan atas dosa dan kekhilafan.


Ternyata kesendirian tak selamanya menyakitkan. Tanyakan saja kepada para "penyalur" rezeki. Mereka memilih untuk hanya memberi tahu diri mereka sendiri, atas apa yang mereka berikan kepada orang lain. Tak perlu beramai ramai apalagi dengan pengumuman. mereka melakukan sesuatu untuk hanya diketahui oleh yang maha mengetahui.


Ternyata kesendirian adalah menyelamatkan. Tanyakan saja pada para manusia penyimpan aib sodara mereka. tiada waktu lebih untuk mencela kesalahan manusia lain. yang ada adalah belajar dari kesalahan mereka dan terus memperbaiki diri sendiri.


Ternyata Kasih sayang Allah SWT itu unik untuk disampaikan.


Dalam kesendirian Allah SWT memberi jeda waktu untuk penyegaran nurani dan "benafas" kembali diri kita dalam pertemuan hangat dengannya, sebelum kita memulai langkah baru menghadapi tantangan dunia.


Ternyata Kasih sayang Allah SWT itu unik untuk direnungkan.


Dalam kesendirian kita diajarkan menjadi sahabat bagi diri sendiri. Dan hal itu adalah memang yang paling masuk akal. Bukan tak boleh meminta bantuan kepada sesama, tapi akan lebih baik jika kita mengharuskan berdiri dengan kaki sendiri. dan dikala terjatuhpun, kita harus mampu membangkitkan diri.


Mencoba ramah pada kesendirian, mungkin akan lebih baik dan berarti. Ya, akan lebih berarti disaat keadaan dan dunia tak bersahabat dengan kita. Berusaha menjadi sahabat terbaik bagi diri sendiri entah dalam keramaian ataupun kesendirian adalah sebuah anugrah. Karena kita sendirilah pemeran utamanya, pemimpin dari diri sendiri dan yang paling mengerti isi hati.


Ternyata kesendirian membawa nikmat bagi hati hati yang merasa tiada pernah sendiri. Karena mereka percaya bahwa Allah selalu menemani.



voa-islam [syahidah]


~*~ Mencintai Kehilangan ~*~





Kehilangan adalah sebuah kenikmatan

kenikmatan bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan.

Kehilangan bukanlah momen mencari kambing hitam atas suatu kesalahan, tapi saat yang sangat berharga untuk memperkuat pikiran baik kepada Allah.


Begitulah memang adanya..

kenikmatan hati dan ruh yang terlingkupi dalam energi iman.

sama sekali tak ada waktu tersisa untuk sebuah prasangka, selain senyum untuk Allah sang maha kuasa dan yang maha perkasa, bila semua titipan telah kembali diambilnya.


Tersebutlah seorang wanita bernama Umu Sulaim. Suatu hari, anaknya sakit panas. Tepat pada saat itu, suaminya Abu Tholhah tengah pergi mencari nafkah.


Menjelang malam, anak kesayangannya itupun meninggal.


Umu Sulaim meminta kepada kerabatnya, untuk tidak memberitahukan kepada Abu Thalhah, tentang kematian anaknya. “Biar aku saja yang memberi tahu,” katanya. Ketika Abu Thalhah pulang, dia pun bertanya tentang kondisi anaknya. Umu sulain menjawab dengan senyum “ Dia sudah lebih tenang,” .


Selanjutnya, sebagai istri yang baik, maka dia pun melayani suaminya. Dan setelah semua selesai, bertanyalah Umu Sulaim. “Suamiku sayang. Bagaimana pendapatmu, jika ada orang menitipkan barang ke kita, ketika sudah tiba waktunya dia meminta barangnya untuk dikembalikan?”

“Tentu harus di kembalikan,” kata suaminya.

“Tidak boleh marah?” desak istrinya.

“Ya,” jawab suaminya tegas.

“Anak kita sudah diambil pemiliknya….”


Abu Tholhah tampak sangat marah karena tidak diberi tahu sejak awal. Abu Thahlah mengadukan masalah ini kepada Nabi Muhammad Sollalahu Allaihi Wassalam.


Yang telah dilakukan oleh Umu sulaim atas prasangkanya baiknya pada Allah telah terbukti. Keikhlasannya pun terjawab. Nabi Muhammad Sollalahu Allaihi Wassalam membenarkan tindakan istri Tholah. Beliaupun lantas mendoakan agar apa yang telah dilakukan suami istri di malam itu menjadi berkah, dan akan menghasilkan seorang anak sebagai pengobat hati keduanya. Sembilan bulan berikutnya, anak mereka lahir, dan diberi nama Abdullah.


Sungguh...Kehilangan adalah sebuah kenikmatan

kenikmatan bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan.

Kehilangan bukanlah momen mencari kambing hitam atas suatu kesalahan, tapi saat yang sangat berharga untuk memperkuat pikiran baik pada Allah.


Dan kehilangan pun pernah menimpa Nabi Ayyub A.S.. Beliau kehilangan kekayaan,dan orang orang yang disayanginya.Tidak hanya sampai disana, Beliau pun menderita penyakit yang menggorogoti seluruh tubuhnya. Sampai-sampai ia berdo’a, “Ya Allah, penyakit ini boleh jadi menggerogoti seluruh tubuhku. Tapi ya Rabb, jangan sampai penyakit ini juga menggeroti hati dan lisanku, sehingga aku masih mampu berzikir kepada-Mu.”


Subhanallah...


Begitulah ketabahan Nabi Ayyub. Beliau ikhlas atas kehilangan kesehatan dan penyakit yang dititipkan yang bahkan semua orang jijik melihatnya.


Dan buah kesabaran dan keikhlasan selalu akan membahagiakan. Pada akhirnya Allah mengembalikan kembali semua kehilangan yang dialami Ayyub.


Maka bersabarlah ketika ujian cinta kepada Allah atas nama kehilangan itu datang. Bahwa semakin besar cinta, semakin berat pulalah ujian cinta itu. Dan, setelah ujian itu berakhir, maka akan terbukti sudah iman dan cinta kita. Ketika semua telah dikembalikan atau digantikan dengan yang lebih baik,insyaallah semua akan terasa lebih nikmat


Sungguh, Kehilangan adalah sebuah kenikmatan

kenikmatan bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan.

Kehilangan bukanlah momen mencari kambing hitam atas suatu kesalahan, tapi saat yang sangat berharga untuk memperkuat pikiran baik pada Allah.


Seiring dengan kehilangan yang diwakilkan oleh kata ‘musibah’, maka dengan prasangka baik pada Allah, sebuah kata itu berganti manis dengan sebutan ‘rahmat’.


Atau, Ketika Teguran Allah yang unik untuk mengingatkan hambanya atas kesalahan atau maksiat, dengan sebuah kehilangan, maka teriring dengan prasangka baik pada Allah..kesemua itu akan berubah dengan sangat menyejukkan, menjadi ‘ampunan’.


kehilangan adalah sebuah proses mendapatkan

dan begitu pula sebaliknya, mendapatkan adalah bagian dari kehilangan.

proses ini mengajarkan kita agar tidak tamak pada realitas

dan menyadari hakikat diri sebagai manusia yang memiliki titik nadir pada suatu masanya.


Kehilangan adalah sebuah proses yang harus dilalui dalam perguliran kehidupan. Memang, sesungguhnya apapun yang ada dalam kehidupan kita di dunia ini, tiada yang abadi


Kehilangan adalah sebuah kenikmatan

kenikmatan bagi hati yang menikmati dan mengikhlaskan.

Kehilangan bukanlah momen mencari kambing hitam atas suatu kesalahan, tapi saat yang sangat berharga untuk memperkuat pikiran baik pada Allah.


Innalillahi wa innailaihi rojiun...



voa-islam (syahidah)


~*~ Hati yang damai dalam Beratnya Musibah ~*~







Kesedihan dan kepanikan sering kali melanda manusia ketika sedang dirundung suatu masalah kecil. Atau bisa jadi hal itu muncul lantaran suatu masalah yang cukup besar, yang kita sendiri tidak sanggup untuk menanggungnya sendirian.


Dari sinilah kita baru merasa efek dahsyatnya mendidik hati. Karena hati yang damai dapat menjadi sandaran bagi seluruh kebaikan dan kedamaian. Karena itulah perhatian pada kondisi hati haruslah mendapatkan porsi perhatian yang sangat dan lebih besar.



Namun sayang, di jaman modern ini, penggemblengan hati lebih dikalahkan oleh pembangunan kualitas otak. Dari situlah muncul banyak hal yang mengakibatkan orang mudah sekali orang stress, tertekan, dan panik. Manusia banyak yang berpikir hanya dengan logika, dan atau tentang sesuatu yang sangat riil. Dan ketika tiba saatnya Allah menganugrahkan cobaan kesulitan, diri mereka akan berkata bahwa hal itu sulit dan rumit. Hal ini akan tentu saja akan berbeda bila hati yang kemudian berbicara dan menterjemahkan situasi. Akan terasa sudut pandang yang berbeda tentunya, yang berbanding lurus dengan kedamaian.



Memanglah benar bahwa kekuatan dahsyat atas hati yang mengendalikan tubuh dan jiwa manusia. Hal ini serupa dengan sabda Nabi dalam hadits yang mengatakan bahwa hati adalah pusat pusaran untuk seluruh anggota tubuh. Hati yang Damai membuat seluruh bagian tubuh dan jiwa kita pun larut dalam kedamaian. Sebaliknya, cerminan hati yang rusak dan kotor tidak mungkin akan bisa disembunyikan oleh lisan dan seluruh gerak tubuh.



Hati yang damai adalah jalan vital untuk memperbaiki kehidupan. Apapun akan terasa ringan saat hati menyampaikan dengan penuh kedamaian.


...Kedamaian hati benar- benar dapat menjadi sandaran bagi seluruh kebaikan. Hati yang damai adalah jalan vital untuk memperbaiki kehidupan. Dan muara dari seluruh kedamaian adalah keintiman hubungan kita dengan Allah yang maha memberikan kedamaian...


Tersebutlah Thalhah bin Ubaidillah yang terluka di kepalanya saat terjadi perang Uhud. Karena luka yang parah sampai- sampai diapun tidak sadarkan diri. Bahkan darah pun mengucur darah dari kepalanya. Abu Bakarpun sempat menolongnya, Beliau lalu memercikkan air di muka Thalhah. Hingga Thalhah tersadarkan diri.



Kalimat pertama yang diucapkannya saat dia tersadar adalah "Apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam?". Abu Bakar menjawab: Beliau baik, beliau mengutusku untuk menemuimu.



Thalhah berkata: Alhamdulillah, semua musibah setelahnya (yaitu: setelah tahu bahwa Rasul dalam keadaan baik) terasa kecil.



Subhanallah.. bahkan tubuh yang terluka parahpun tak terasa olehnya. Sangat remeh dan nyaris tak terpikirkan, karena hatinya terpaut dengan suatu kecintaan yang lebih besar, yaitu keselamatan Rasulullah. Semua kesakitan terbayar sudah dengan kabar berita baiknya beliau dan semua musibahnya adalah terasa sangat kecil.



Benar benar kedamaian hati dapat menjadi sandaran bagi seluruh kebaikan dan keberuntungan. Sebuah kehidupan yang tidak dibangun di atas kedamaian hati, adalah ibarat mmembangun sebuah istana pasir yang menunggu air laut naik.dan muara dari seluruh kedamaian adalah keintiman hubungan kita dengan Allah yang maha memberikan kedamaian.




voa-islam [syahidah]

~**~ Menjadi pribadi yang Tenang dan Menenangkan ~**~




Ketenangan adalah kebutuhan setiap orang. kaya, miskin, tua, muda semua mendambakan sebuah ketenangan. Tidak jarang, seseorang rela mengeluarkan banyak uang demi memeperoleh ketenangan dan kedamaian. Dan atau seseorang rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk membuat diri dan hatinya tenang dan bahagia. Lalu...bagaimana dan dimanakah sebenarnya ketenangan itu??? dan bagaimana menjadikan diri kita seorang pribadi yang tenang dan menenangkan??


Pribadi yang tenang bukan berarti yang berlaku lamban, tapi tenang adalah tentang cermat dalam berpikir dan hati-hati dalam memilih. Tenang adalah tentang penyampaian kabar buruk dengan cara yang bijak, penyampaian fakta keras dengan cara yang lembut. Tenang juga adalah tentang perealisasian sebuah kerumitan dengan cara yang sederhana, pemberitahuan berita panas dengan cara yang dingin dan atau penolakan berat dengan cara yang ringan, dll.



Dan cara mendapatkan semua sumber ketenangan yang abadi itu adalah Menjadikan diri kita mempunyai keintiman hubungan bersama Allah SWT. Ketenangan seperti inilah yang menjadi obat dari segala penyakit hati dan kekacauan hidup.



Sejenak marilah kita luangkan waktu untuk menyimak nasehat Ibnu Mas’ud. Beliau adalah salah seorang shahabat Nabi saw. Beliau pernah didatangi seseorang yang ingin meminta nasihatnya, untuk dapat dijadikan obat bagi jiwanya yang tidak tenang.



Kemudian Ibnu Mas’ud menasihatinya,” Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat. Pertama , engkau datangi tempat orang membaca Al-Qur’an, engkau membaca Al-Qur’an, engkau dengarkan baik-baik orang yang membaca Al-Qur’an.


Atau kedua , engkau datangi majlis taklim yang mengingatkan hati kepada Allah.


Atau ketiga, engkau mencari waktu dan tempat yang sunyi, di situ engkau menyendiri menyembah Allah, seperti pada waktu lewat tengah malam, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun mengerjakan shalat malam, meminta kepada Allah ketenangan jiwa, ketentraman pikiran, dan keikhlasan hati.”



Setibanya di rumah, orang tersebut melaksanakan apa yang dinasihatkan Ibnu Mas’ud itu. Ia berwudlu, kemudian membaca Al-Qur’an dengan khusyu, penuh konsentrasi. Seusai membaca Al-Quran ia merasakan ada ada sesuatu yang berubah. Jiwanya terasa tenang, hatinya tentram, pikirannya kembali jernih. ketenangan benar benar menyelimuti hatinya.



Hanya seseorang yang pernah panik yang bisa merasakan kenikmatan sebuah tenang setelah dia menyadari kekacauannya. Hanya seseorang yang pernah gundah yang bisa menikmati ketenangan setelah mengetahui kesakitannya.



Maka beruntunglah pribadi yang mengambil pelajaran dari kesalahan. Sama sekali tidak ada alasan untuk mereka merasa menyesal tentang sesuatu yang sudah lewat, yang mungkin timbul atas kekurang tenangan sikap dalam pemilihan desain masa depan. Dan karena ketenangan itu pula, terhapusnya segala kekhawatiran mereka tentang sakit atau pahitnya kehidupan, karena mereka yakin sumber dari segala sumber ketenangan yaitu Allah SWT akan selalu siap menemani dan menyambut hamba hambanya yang senantiasa memohon KepadaNYa. Ketenangan akan selalu hadir karena mereka juga menghadirkan Allah dalam setiap aktivitasnya.




VOA-ISLAM (syahidah)