Minggu, 14 Februari 2010

Tinta Buat Adam ..

Adam...
Untuk merasai persis perasaan ibu ,
Pasti takkan ku mampu karena dia seorang ibu ,
Sedangkan aku belum merasainya .

Adam...
Andai kau fikir isteri dan anak ,
Adalah amanah buatmu .
Maka kau juga harus ingat ,
Ibu mu juga adalah tanggungjawab ,
Selagi hayat mu .

Lupakah kau amanat junjungan ?
"Siapa yang perlu kau taat selepas Allah dan rasul ?"
Baginda menjawab ,
"ibumu" "selepas itu ?" "ibumu" "selepas itu ?" "ibumu"

Sedang nabi memuliakan ibu ,
Siapakah kau untuk abaikan dia begitu ?

Adam...
Tahukah engkau ,
Ibu mu tetap yang utama ,
Meskipun kau sudah beristeri .

Ibu mu bukanlah sangkar lebah ,
Habis kau tagih madunya seusia kecilmu ,
Dan sisanya kau buang entah ke mana ?

Adam...
Ibu mu adalah insan mulia ,
Yang membawamu bersamanya 9 bulan ,
Yang bertarung nyawa melahirkanmu .

Dia yang mendengar isak tangismu ,
Dialah yang mengajarmu arti hidup ,
Apakah tuba hadiah bermakna ?

Adam...
Jangan benarkan .
Kisah al-qamah berulang ,
Sayangilah ibu mu ,
Kasihilah ibu mu ,
Kerana di situ letaknya syurga mu ,
Bukan di bawah telapak kaki isteri mu .

Adam...
Maafkan aku terkasar bahasa ,
Mungkin aku terlalu emosi ,
Kerana aku juga anak ibu ,
Dan ku tak mahu ibu derita lagi .

Bukan niatku mengajar yang kau sendiri tahu,
Cuma fikirku kau mungkin lupa ,
Tentang apa yang sepatutnya kau lakukan .

Ikhlas dari ,
Anak Ibu ..



Tambahan Kisah Al-Qamah :

Dengan tergopoh-gopoh, isteri Al-Qamah menghadap Rasulullah SAW mengabarkan suaminya sakit. Beberapa hari mengalami naza' tapi tak juga sembuh.

"Aku sangat kasihan kepadanya ya Rasulullah," ratap perempuan itu.

Mendengar pengaduan wanita itu Nabi SAW merasa hiba. Beliau lalu mengutus sahabat Bilal, Shuhaib dan Ammar untuk menjenguk keadaan Al-Qamah. Keadaan Al-Qamah memang sudah dalam keadaan koma. Sahabat Bilal lalu membacakan tahlil di telinganya, anehnya seakan-akan mulut Al-Qamah rapat terkunci.

Berulang kali dicoba, mulutnya tetap tidak mau membuka walaupun sedikit. Tiga sahabat itu lalu bergegas pulang dan mengkhabarkannya kepada Rasulullah SAW tentang keadaan Al-Qamah.

"Sudahkah dicoba bertalqin di telinganya?" tanya Nabi.

"Sudah Rasulullah, tetapi mulut itu tetap terbungkam rapat."

"Biarlah aku sendiri pergi ke sana." kata Nabi.

Pabila melihat keadaan Al-Qamah, Nabi bertanya kepada isteri Al-Qamah,

"Masihkah kedua orang tuanya?" tanya Nabi.

"Masih ya Rasulullah," tetapi tinggal ibunya yang sudah tua." jawab isterinya.

"Di mana dia sekarang?"

"Di rumahnya, tetapi rumahnya jauh dari sini."

Tanpa banyak bicara , Rasulullah SAW lalu mengajak sahabatnya menemui ibu Al-Qamah mengabarkan anaknya yang sakit parah.

"Biarlah dia rasakan sendiri", ujar ibu Al-Qamah.

"Tetapi dia sedang dalan keadaan nazak, apakah ibu tidak merasa kasihan kepada anakmu?" tanya Nabi.

"Dia berbuat dosa kepadaku," jawabnya singkat.

"Ya, tetapi maafkanlah dia. Sudah sewajarnya ibu memaafkan dosa anaknya," pujuk Nabi.

"Bagaimana aku harus memaafkan dia ya Rasulullah jika Al-Qamah selalu menyakiti hatiku sejak dia memiliki isteri," kata ibu itu.

"Jika kau tidak mau memaafkannya, Al-Qamah tidak akan bisa mengucap kalimat syahadat, dan dia akan mati kafir," kata Rasulullah.

"Biarlah dia ke neraka dengan dosanya," jawab ibu itu.

Merasa pujukannya tidak berhasil meluluhkan hati ibu itu, Rasulullah lalu mencari ikhtiar lain. Rasulullah berkata kepada sahabatnya Bilal.

"Hai Bilal, kumpulkan kayu bakar sebanyak-banyaknya," perintah Nabi.

"Untuk apa kayu bakar itu Rasulullah," tanya Bilal kehairanan.

"Akan kugunakan untuk membakar Al-Qamah, daripada dia hidup tersiksa seperti itu, jika dibakar dia akan lebih cepat mati, dan itu lebih baik karena tak lama menanggung sakit", jawab Rasulullah.

Mendengar perkataan Nabi itu, ibu Al-Qamah jadi tersentak. Hatinya luluh membayangkan jadinya jika anak lelaki di bakar hidup-hidup. Ia menghadap Rasulullah sambil meratap,

"Wahai Rasulullah, jangan kau bakar anakku," ratapnya.

Legalah kini hati Rasulullah karena bisa meluluhkan hati seorang ibu yang menaruh dendam kepada anak lelakinya. Beliau lalu mendatangi Al-Qamah dan menuntunya membaca talkin. Berbeda dengan sebelumnya, mulut Al-Qamah lantas bergerak membacakan kalimat zikir membaca syahadat seperti yang dituntunkan Nabi.

Jiwanya tenang kerana dosanya telah diampuni ibu kandungnya. Al-Qamah kemudian menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan fasih mengucapkan kalimat syahadat. Dia meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Sesungguhnya surga adalah di bawah telapak kaki ibu.




Sumber " iLuvislam "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar