Mungkin dirimu ditinggalkan,
Mungkin dirimu menyendiri,
Mungkin dirimu di kelilingi,
Mungkin kau hanya menemukan,
Masih belum kau bertemu,
Karena kau tidak tahu,
Apa yang sebenarnya hilang.
Mungkin kau bersedih,
Mungkin kau bergembira,
Mungkin kau biasa-biasa saja,
Namun, kosong itu masih ada.
Pernahkah?
Pada satu ketika kau menyendiri,
Tanpa siapa di sisi,
Kau merasa sedih, mungkin juga benci,
Benci dengan semua makhluk di sekeliling,
Karena mereka meninggalkanmu.
Pernahkah kau bersedih karena diri tidak dipedulikan,
Karena diri tidak sehebat manusia lain,
Lalu di situ kau terduduk,
Menangis apakah luar atau dalam hati.
Tiba-tiba terdengar satu suara halus,
Yang membujuk hati agar jangan bersedih,
Yang memberitahumu bahwa kau tidak sendirian,
Yang meyakinkanmu bahwa awan hitam akan berarak pergi,
Matahari pula akan bersinar kembali.
Dalam waktu yang sama,
Ada juga satu suara parau,
Yang menyuruhmu untuk tidak mempedulikan itu semua,
Segalanya mungkin, mana mungkin ada yang setia menemani,
Yang sanggup mendengar segala keluh-kesahmu,
Yang sanggup memaafkan walau menggunung tinggi dosamu,
Yang sanggup menerima usahamu meskipun tidak sehebat insan lain,
Yang tidak pernah sekalipun menolak untuk berada di sisimu.
Namun, suara halus tadi itu kian sayup-sayup kedengaran,
Kemudian hilang ditenggelamkan suara parau yang menambahkan kebencian di hati,
Tanpa sadar dirimu dikemudikan amarah,
Mencari kesalahan, mencari kesalahan.
Mungkin pernah,
Dirimu merasakan tiada gunanya menjadi baik,
Karena akhirnya kau hanya dikhianati, dibenci dan dicaci maki,
Lalu kau mengalah dan ingin berubah menjadi jahat,
Lalu kau biarkan karena mau menghindari terluka.
Pernahkah kau berpikir?
Andainya Rasulullah SAW juga berpendirian sepertimu,
Mungkinkah Islam akan tersebar ke seluruh dunia?
Oh, itu Rasulullah S.A.W! Bukan aku,
Beliau maksum dan aku tidak.
Buat kau yang bernama diri,
Maksumnya junjungan kita,
Tidak membuat beliau bukan manusia,
Beliau juga punya hati juga punya perasaan,
Beliau juga punya perasaan sedih,
Juga pernah mengalirkan air mata.
Pernahkah Rasulullah S.A.W beralasan sepertimu?
Pernahkah Rasulullah SAW membiarkan suara parau itu menang?
Meski dituduh berbagai macam,
Dihujani dengan berbagai caci-maki,
Malah diancam bunuh.
Tidak!
Beliau tidak pernah membiarkan suara parau itu menang,
Karena beliau tahu, suara halus itu,
Adalah kasih sayang dari Allah,
Yang seringkali insan abaikan,
Yang seringkali dilupakan,
Yang seringkali bergema dalam pikiran,
Namun jarang sekali dibiarkan terus bergema,
Untuk terus membasahi hati yang haus cinta-Nya.
Kau tahu apa yang hilang darimu?
Itulah dia, kau kehilangan cinta kepada Allah,
Jadi, buat kau yang bernama diri,
Duduk, diam dan berpikir,
Dengarlah suara halus itu,
Carilah kembali apa yang hilang darimu,
Karena hanya dengan itu,
Hatimu akan kembali terisi,
Kelak, tidak ada lagi lubang yang bisa mengisi suara parau dalam hati.
- Artikel iLuvislam.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar