Senin, 23 Mei 2011

~**~ Aku Bukan Perempuan Itu ~**~




Aku seorang perempuan. Perempuan yang hidup dalam arus dunia modern. Penuh tipu daya andai tersilap langkah .. Merana ..


Aku perempuan yang benci akan penyakit cinta dunia. Aku perempuan yang ingin cinta Allah meresapi seluruh jiwa! Tenggelam dalam cinta-Nya. Sungguh mengasyikkan.


Aku seorang wanita yang ingin tetap teguh pendirian. Halangilah jalanku ke arah reda-Nya, pasti akan kutempuh jua.


Aku perempuan yang bukan mudah untuk patah semangat .. Aku perempuan yang tidak takut dengan trik palsu karena aku punya Dia! Kebenaran pasti tertegak!


Hasbee Rabbee. Maa fee qalbee ghairullah.

Cukuplah Allah bagiku. Tidak ada dalam hatiku selain Allah.


Tatkala perempuan lain megah menampilkan gambar di Facebook. Aku mengatakan. Itu bukan aku.


Karena aku perempuan yang punya martabat. Allah menganugerahkan kecantikan dan kelebihan tersendiri pada setiap insan bernama wanita.


Oh, bukan untuk dijadikan bahan jajaan mata pria bernafsu. Tetapi, khazanah yang harus disimpan sampai waktunya tiba. Hanya buat suamiku. Aku tidak akan sesekali menghampakan dia.


Aku bangga memperjuangkan pakaian sunnah. Aku bangga mengenakan busana yang sesuai kehendak Allah. Aku bangga menutup seluruh auratku dari menjadi panahan mata pria. Biar mereka memandang serong.


Tidak pernah tergugat usahaku dalam mendamba reda-Nya. Sedikitpun aku tidak peduli pandangan manusia. Ya, mengapa harus peduli sedangkan Dia adalah Pencipta?


Aku langsung tidak ingin terlihat cantik di mata ribuan lelaki. Aku langsung tidak ingin menjadi rebutan jejaka kacak atas mata yang hanya memandang kecantikan. Aku langsung tidak ingin sang pria menaruh hati dan harapan kepadaku karena rupa.


Aku tidak ingin menjadi fitnah bagi mereka. Aku tidak ingin mereka sibuk memikirkan aku melebihi Al-Khaliq Sang Pencipta. Karena aku tidak tahu alasan apa yang harus ku utarakan saat Dia bertanya kelak.


Bahkan bila aku menjadi penyebab dua pria bermasam muka dan bergaduh, aku terasa begitu hina! Seolah-olah aku hanyalah barang yang bisa dibeli begitu saja. Aku punya martabat. Aku bukan barang jajaan yang mudah dilihat, disentuh, diusik, direbut sesuka hati! Karena aku hanya khusus buat dia.


Karena aku selalu merasa ada di sisi meskipun pada mata kasarnya dia tidak menemani. Hanya keyakinan aku sandarkan pada-Nya dalam sebuah penantian. Itu saja sudah cukup. Cukup buat aku bahagia dengan dia, takdirku kelak.


Malah aku malu membiarkan seorang pria ajnabi berjalan di belakangku lantaran fitnah yang mungkin timbul. Mengingatkanku kepada apa yang dikatakan oleh Umar ra, "Aku lebih rela berjalan di belakang seekor singa dari berjalan di belakang seorang wanita."


Aku ingin menjadi perempuan yang sulit. Sulit didekati. Sulit dipermainkan hatinya. Sulit tunduk kepada kehendak nafsu. Sulit mengatakan ya kepada pergaulan yang tidak terbatas syarak.


Sulit untuk merasa tenang ketika melihat anak bangsa semakin rusak. Sulit membuang perasaan malu terhadap ajnabi. Aku ingin jadi perempuan yang sulit itu. Aku ingin menjadi sebaik-baik wanita yang tidak memandang dan tidak dipandang. Seperti pesan Aisyah Radhiyallahu 'anha. Ini baru aku.


Tatkala perempuan lain sibuk memikirkan cinta manusia. Aku mengatakan. Itu bukan aku.


Karena aku perempuan yang punya tujuan. Aku punya agama yang harus aku perjuangkan. Lihat! Cobalah lihat di luar sana! Sedih! Aku sayangkan wanita di luar sana! Anak-anak remaja perempuan yang berpakaian mendedahkan aurat.


Sedih! Aku sayang mereka! Wanita yang asyik memikirkan kapan bila ingin bertemu pacarnya. Sedih! Aku sayang mereka! Perempuan yang membonceng motor pria dan dijadikan hadiah taruhan lomba haram. Sedih! Aku sayang mereka! Wanita yang telah dinodai kehormatannya dengan rela!


Memang aku perempuan, aku juga punya rasa. Menyayangi dan disayangi. Namun aku tidak akan mudah tertipu. Karena aku tidak begitu bodoh untuk menghabiskan waktu dengan memikirkan hal yang tidak pasti.


Hanya angan-angan sementara. Aku bukan perempuan yang menghabiskan waktunya sering memikirkan masalah sendiri dan tidak memikirkan kudis yang semakin membusuk pada umat! Aku tidak ingin menjadi perempuan yang mementingkan diri sendiri.


Tatkala perempuan lain sibuk menunggu dan membalas SMS cinta. Aku mengatakan. Aku bukan begitu.


Karena aku perempuan yang punya hala tuju. Aku tidak akan membuang waktu mudaku untuk hal yang langsung tidak bermanfaat untuk akhirat! Hanya kesenangan sementara. Hanya mengenyangkan nafsu.


Oh, aku bukan begitu. Karena aku ingin sibuk menelaah ilmu. Menggali ilmu Fardhu Ain dan juga yang berhubungan dengan hukum syariah. Menjadi seorang wanita yang beramal dengan ilmunya.


Mencontoh Aisyah as yang cukup cerdas dan cerdik dalam mengeluarkan fatwa. Sehingga menjadi antara rujukan dalam urusan berhubungan urusan masyarakat dan hukum hakam. Itu semua berdasarkan ilmunya.


Sehingga membawa aku untuk berpikir sejenak. Alangkah bodohnya diri andai memperlakukan cinta palsu yang berlandaskan nafsu sedangkan terlalu banyak ilmu yang belum aku teroka.


Aku tidak suka memperlakukan perasaan yang sia-sia sedangkan 'dia' telah ditakdirkan buatku. Aku ingin menjadi perempuan yang matang dengan ilmunya. Dengan ilmunya makin terasa manis akan ibadah. Makin terasa semakin dekat dan erat dalam dakapan kasih Allah. Dengan ilmu yang membuat perasaan khauf, takut Allah.


Tatkala perempuan lain ada yang materialistis terhadap uang. Aku mengatakan. Aku bukan begitu.


Karena aku perempuan yang materialistis terhadap pahala. Ingin account akhirat kaya dengan amal saleh. Setiap detik bagiku sangat berharga untuk aku lakukan sesuatu yang dipandang oleh-Nya. Karena aku ingin menjadi wanita surga! Itu bukan sekadar madah penyedap kata. Bukan sekadar omong kosong. Ini cita-cita tertinggi aku.


Karena aku perempuan yang berpikiran jauh. Berpandangan jauh ke depan. Aku benar ingin cinta-Nya. Terkadang aku terfikir. Andai aku di tempat Masyitoh yang dipaksa terjun ke dalam minyak panas semata-mata untuk mempertahankan keimanan, apakah aku kuat sepertinya? Atau mungkin aku akan lari atau mungkin aku akan ... entah. Aku menangis ...


Aku ingin seperti Rabi'ah al-Adawiyah. Cintanya terhadap Kekasih Agung begitu mengagumkan. Sehingga dengan ujian dia merasa gembira. Benar reda dan tidak merungut walaupun ditimpa musibah. Diculik dan menjadi hamba kepada raja yang lalim.


Apakah aku mampu seperti sufi wanita ini. Yang memperkenalkan apa itu filsafat Cinta Ilahi sehingga tidak cinta manusia di hatinya karena cintanya yang terlalu mendalam terhadap Yang Satu. Tetapi aku ... Aku menangis lagi ..


Aku menangis .. Menangis .. Menangis .. Namun, tangisan ini membuat aku kembali kuat. Menyadarkan aku dari lamunan. Karena aku bukan perempuan yang mudah menyerah! Allahuakbar! Aku tidak kenal arti jatuh yang tidak bangun. Aku bukan perempuan yang begitu. Lembik. Lemah!


Aku bukan perempuan lembek yang lemah. Mengada-ngada. Tidak mampu untuk hidup mandiri dan yang hanya tergantung pada orang lain. Aku bukan perempuan yang penakut dan pengecut! Aku bukan perempuan yang mudah kalah terhadap tantangan!


Aku ingin menjadi perempuan yang lembut. Yang memiliki hati yang kuat. Yang tidak lari dari tantangan dunia tetapi menghadapinya dengan berani. Dengan bersandarkan keyakinan Dia selalu di sisi, aku tidak akan takut menegakkan kebenaran. Memiliki hati yang bisa lentur namun tak mudah untuk dipatahkan. Aku perempuan yang mampu berpijak atas kaki sendiri.


Akan ku vulgar air mata ini dengan semangat baru. Semangat yang lahir dari kekuatan yang dihembus-Nya. Aku tidak akan mudah menurut kata nafsu. Aku perempuan yang ditarbiyah. Mampu mempertahankan martabat sendiri dari tergadai oleh godaan duniawi. Aku ada Dia. Cukup.


Aku tidak ingin neraka. Aku mengatakan. Itu bukan aku. Karena aku perempuan yang menginginkan surga.


"Barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung."

[An-Nisa ', 4: 13]


- Artikel iluvislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar