Senin, 23 Mei 2011

~**~ Carilah Hatimu! ~**~




Kau harus mulai langkah mujahadah ini sekali lagi. Berbekalkan kata pujangga, kebaikan itu kerapkali harus dimulai berkali-kali. Tidak ada istilah putus asa dalam mengharap ampunan dan keridhaan Allah. Meskipun berkali-kali mundur dan terbentur, tetapi itu bukan alasan untuk berhenti. Berhenti artinya mati - mati hati dalam mengharapkan cahaya Ilahi. Hakikatnya itu lebih bahaya dari matinya jasad yang lahir ini.

Ya, kau harus mulai sekali lagi. Begitu bisikan ilmu menolak rasa ragu. Selalu. Meskipun terasa diri diselubungi selimut dosa dan kemelut alpa, jangan sekali-kali putus asa. Begitu kata jiwa yang menjerit tanpa suara. Allah tidak akan menutup pintu keampunannya ... kunci pintu itu adalah harapan. Selagi ada harapan, selama itulah ada perjuangan. Tewas dalam satu pertempuran tidak berarti tewas dalam satu peperangan. Begitulah jua dalam peperangan melawan setan dan hawa nafsu ini.

Tidak ada jalan lain wahai diri, kecuali bangun dan terus bermujahadah. Hati itu bisa berkarat, pencucinya adalah Al Quran dan ingatkan mati. Begitu panduan yang diberikan oleh Rasul junjungan. Jua teringat pesan Imam Ghazali:
"Carilah hatimu di tiga tempat ... Temui hatimu sewaktu bangun membaca Al Qur'an. Tetapi jika tidak kau temui, carilah hatimu ketika mengerjakan shalat. Jika tidak kau temukan juga, kau carilah hatimu ketika duduk tafakkur mengingat mati. Jika kau tidak temui juga, maka berdoalah kepada Allah, pinta hati yang baru karena hakikatnya pada ketika itu kau tidak memiliki hati! "

Periksa-periksa dalam kehidupan harianmu. Bagaimana awal pagimu ... Telahkah kau buka setiap hari barumu dengan hati yang bersyukur? Telahkah kau ucapkan, segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku dari kematian yang sebentar dan ke-Nyalah kami akan dikembalikan? Kemudian mintalah berlindung dari sifat malas, takut, bakhil dan penguasaan orang lain terhadapmu. Senyum. Dan melanjutkan bersuci dengan mandi dan wudhu. Basuh wajahmu, pikiranmu, pendengaranmu dan penglihatanmu dari cela dosa dan prasangka. Kemudian dirikan shalat Subuh. Pinta hidayah, kesehatan, kekuatan dan kesabaran dalam kalimat-kalimat doa dan munajat itu.

Tidak mengapa jika hati terganggu oleh karenah-karenah manusia atau mainan rasa. Tetapi capai segera Al Quran dan bacalah. Bacalah, itu hakikatnya menghasilkan kekuatan jiwa untuk menghadapi badai kehidupan. Jiwa yang tidak membaca al Quran umpama telepon seluler yang kehabisan baterai. Betapa canggih fungsinya dan betapa mahal sekalipun harganya, tidak berguna ... Begitulah jiwa yang mati, betapa indah, cantik, bertenaga dan anggun sekalipun jasad eksternal, tanpa al Quran segalanya tidak berguna.

Jangan mendaki puncak hanya untuk meninggikan tempat jatuh. Jangan memburu fatamorgana kemewahan dunia hanya untuk ditipu olehnya. Ingatlah wahai diri, janji kesibokan yang tanpa henti, kelesuan yang tidak akhir, kejemuan yang senentiasa mencengkam, kekhawatiran tanpa kesudahan, buat pemburu-pemburu dunia yang bagaikan anjing rakus memburu bangkai. Sebaik-baik bekal adalah taqwa. Sebaik-baik perlindungan adalah Al Quran. Mereka yang begini saja mampu 'mengubah' bangkai dunia menjadi baja dalam kehidupan.


Burulah kehidupan dengan semangat orang yang bersedia untuk mati. Jadilah insan bijaksana yang menghayati pesan Rasulullah agar selalu mengingat mati dan siap untuk menghadapinya. Jadilah umpama para sahabat Rasulullah saw yang hidup bahagia, tenang dan aman meskipun dunia diatur dan dikelola dengan efisien dan efektif. Jangan jadi Namrud, Firaun dan Haman yang mengurus dunia penuh dengan ketamakan dan kezaliman. Nanti kau diburu oleh resah, gelisah, kesibukan, kejemuan, kemarahan yang tidak berkesudahan.

Ingatlah orang yang bermujadahah ... tidak mengapa jika kamu tidak sampai di ujung jalan, cukup sekedar kau telah menempuh jalan. Justru ketenangan dan kebahagiaan itu bukan hanya ada di ujung jalan, tetapi ada di sepanjang jalan ... Genggam al Quran, ingat mati dan berangkatlah. Jalan mujahadah itu susah tapi indah!


- Artikel iluvislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar