Jumat, 17 Juni 2011
**~** Ilmu, Hak, dan Kewajiban **~**
"Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) beberapa derajat dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan."
(Surah Al-Mujadilah 58: Ayat 11)
Kutipan terjemahan ayat suci Al-Quran pada sudah acapkali dibicarakan dan telinga sudah lali mendengarnya bahkan
sudah menghafalnya. Tahniah buat mereka yang telah menyahut seruan agung Tuhan Rabbul Jalalah ini dan
lanjutkan istiqamah kalian dengan perjuangan menemukan rincian ilmu apapun bidang. Sebaliknya, kita berdoa
kepada Allah s.w.t. agar memberi taufiq buat mereka yang masih alpa mengejar ilmu berhadafkan dunia, pangkat,
harta dan sanjungan manusia semata-mata karena bukanlah tujuan ilmu diciptakan sedemikian rupa, bahkan ilmu yang
hakiki adalah "Sirajul Munir" (pelita bercahaya) yang menerangi para penagihnya menuju Mardhathillah. Ibarat
resmi padi, semakin berisi semakin tunduk ke bumi semakin banyaknya ilmu seseorang, semakin tawadhu '
dirinya; pertanda semakin dekat dirinya dengan Tuhan dengan sebab ilmu yang dikaruniakan kepadanya. Lantas,
bukanlah hak ilmu itu dituntut semata-mata untuk mendapat pangkat Imtiyaz atau Jayyid Jiddan di dalam imtihan,
bahkan ia dikejar lebih besar dari semua pangkat dan sanjungan itu; hak untuk diamalkan.
Hak terhadap Ilmu Pengetahuan di dalam 4 Wajibatul Muslimin mencakup:
1. Berusaha sekuat tenaga meningkatkan pengetahuan melalui kehadiran ke kuliah, keterlibatan dalam
Talaqqi kitab apakah di masjid atau rumah-rumah BUKAN, pembacaan dan penelitian-penelitian ilmiah.
2. Menunaikan hak ilmu bukan hanya untuk dipelajari, tetapi diaplikasikan dan dijadikan amalan dalam kehidupan harian.
3. Mengambil cakna akan masalah saat terutama yang terjadi di tanah air tercinta serta sadar akan peran kita
untuk memperbetul yang salah ketika pulang ke Malaysia.
4. Berusaha sekuat tenaga untuk cemerlang dalam setiap ujian melalui persediaan awal, penyusunan jadwal
ulangkaji harian dan keterlibatan dalam akiviti belajar secara kelompok.
Tuntasnya, renungilah kalam mutiara hikmah Sayidina Ali Karamallahu Wajhah yang berbunyi;
"Umur seseorang itu sangat singkat untuk mengetahui semua ilmu yang patut diketahui, maka harus engkau
mempelajari ilmu yang penting terlebih dahulu, kemudian barulah engkau mempelajari ilmu-ilmu yang lain. "
Semoga Allah s. w. t. menjadikan kita dalam golongan 'alim yang beramal dengan ilmunya.
يأيہا ٱلذين ءامنوا إذا قيل لكم تفسحوا فى ٱلمجلس فٱفسحوا يفسح ٱلله لكم وإذا قيل ٱنشزوا فٱنشزوا يرفع ٱلله ٱلذين ءامنوا منكم وٱلذين أوتوا ٱلعلم درجت وٱلله بما تعملون خبير
Wahai orang-orang yang beriman! Bila diminta kepada kamu memberi lapang dari tempat duduk kamu (untuk orang lain) maka lapangkanlah seboleh-bolehnya supaya Allah melapangkan (segala halnya) untuk kamu dan apabila diminta kamu bangun maka bangunlah, supaya Allah meninggikan derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan agama (dari kalangan kamu) beberapa derajat dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui apa yang kamu lakukan.
(Surah Al-Mujadilah 58: Ayat 11)
iLuvislam
**~** Hidup Terasa Damai **~**
Kata "hati" diterjemahkan dari kalimat "qalb" (jamak, "qulub"). Selain maksud biasa, yaitu "tempat perasaan", ia juga berarti tempat untuk memahami seperti ada di ayat 7:179 - "mereka memiliki hati, tetapi tidakmemahami dengannya".
Memiliki Hati Yang Damai
Memiliki jiwa yang menerima seadanya tanpa angan-angan kosong tidak berpijak di alam nyata, tidak ada tekanan. Inilah nikmat untuk hati yang selalu bersyukur. Seorang yang pandai bersyukur sangat memahami sifat Allah SWT. Apa saja diberikan Allah kepadanya, ia terasa sungguh berhutang budi, berterima kasih, terpesona dengan pemberian dan keputusan Allah. Bila berhadapan kesulitan, terus mengingat sabda Rasulullah SAW yang artinya: "Jika kita sedang susah perhatikanlah orang yang lebih susah dari kita. Bila diberi kenikmatan, ia bersyukur dengan menggandakan amal ibadahnya, kemudian Allah akan mengujinya dengan kenikmatan lebih besar lagi. Kapan ia tetap istiqamah dengan terus bersyukur, maka Allah akan mengujinya lagi dengan kesulitan yang lebih besar lagi. "
إنما ٱلمؤمنون ٱلذين إذا ذكر ٱلله وجلت قلوبہم وإذا تليت عليہم ءايته زادتہم إيمنا وعلى ربهم يتوكلون
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu (yang sempurna imannya) ialah mereka yang apabila disebut nama Allah (dan sifat-sifatNya) gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-Nya, menjadikan mereka bertambah iman dan kepada Tuhan mereka jualah mereka berserah.
(Surah Al-Anfal 8: Ayat 2)
iLuvislam
~**~ Membina Rumah Di Akhirat Kelak ~**~
Soal hidup atau mati hanya ditentukan oleh Allah SWT sejak di Luhul Mahfuz lagi. Kita tidak tahu, mati pada saat, di mana, sore atau dan malam, namun mati itu memang sudah ditetapkan .
Rumah Di Akhirat
Firman Allah Swt: Bukankah tidak ada balasan bagi amal yang baik melainkan balasan yang baik juga? (Ar-Rahman: 60)
Tidak "Rumah" di akhirat seandainya kita tidak siap membangunnya di dunia ini. Ini adalah antara usaha kita, hasilnya tetap di dalam kekuasaan Allah secara mutlak, dan Allah Maha Adil dalam membalasi setiap tindakan kita.
"Rumah", tidak lain adalah tempat ketenangan, kebahagian, perlidungan, istirahat, dan untuk kegembiraan. Tidak rumah lain yang sebegitu di akhirat kecuali surga.
Dari Muhammad bin Labid ra katanya: Ketika Usman bin Affan bermaksud hendak merombak masjid (Madinah), orang banyak tidak setuju. Mereka lebih suka membiarkannya sebagaimana adanya. Maka berkata Utsman bahwa dia mendengar Rasulullah SAW bersabda: "Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membuat untuknya rumah seperti itu di surga". (HR. Muslim)
ومنهم من يقول ربنآ ءاتنا فى ٱلدنيا حسنة وفى ٱلأخرة حسنة وقنا عذاب ٱلنار
Dan di antara mereka ada yang (berdoa dengan) berkata: Wahai Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.
(Surah Al-Baqarah 2: Ayat 201)
iLuvislam
**~** Dunia Menuju Akhirat **~**
Maka, kehidupan duniawi adalah jembatan yang menyampaikan kita ke alam akhirat sementara kehidupan ukhrawi itulah kehidupan yang maha kekal lagi tiada penghujungnya. Dalam kata-kata yang lain, kehidupan dunia ini adalah bidang persediaan dan persiapan umat manusia sebelum untuk kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman.
Sudahkah kita siap dan mempersiapkan diri kita ke sana? Sadar atau tidak, kita semua sebenarnya dalam perjalanan menuju kehidupan menuju akhirat. Perjalanan kita di atas dunia ini ibarat melalui sebuah jembatan yang harus dilalui oleh setiap manusia sebelum menempuh atau sampai ke alam akhirat.
Dari Sayyidina Anas Bin Malik rh, telah bersabda Rasulullah Nabi Saw:
ليس بخيركم من ترك الدنيا للآخرته ولا الآخرته للدنياه حتى يصيب منهما جميعا. فإن الدنيا بلاغ إلى الآخرة ولاتكونوا كلا على الناس
رواه ابن عساكر
Maksudnya: Bukanlah sebaik-baik kamu yang meninggalkan dunia untuk akhiratnya dan akhirat untuk dunianya sehingga dia mendapat semua dari keduanya. Sesungguhnya dunia adalah jalan menuju akhirat, dan janganlah kamu menjadi beban tanggungan ke atas manusia. (HR. Ibnu A'sakir)
Maka, kehidupan duniawi adalah jembatan yang menyampaikan kita ke alam akhirat sementara kehidupan ukhrawi itulah kehidupan yang maha kekal lagi tiada penghujungnya. Dalam kata-kata yang lain, kehidupan dunia ini adalah bidang persediaan dan persiapan umat manusia sebelum untuk kehidupan akhirat yang kekal sepanjang zaman.
Sudahkah kita siap dan mempersiapkan diri kita ke sana?
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu akan ampunan dan kesehatan pada agama, dunia, dan akhirat."
لهم ٱلبشرى فى ٱلحيوة ٱلدنيا وفى ٱلأخرة لا تبديل لڪلمت ٱلله ذٲلك هو ٱلفوز ٱلعظيم
Untuk mereka sajalah kebahagiaan yang menggembirakan di dunia dan di akhirat; tidak ada (perubahan pada janji-janji Allah yang demikian itulah kemenangan yang besar.
(Surah Yunus 10: Ayat 64)
iLuvislam
~**~ Jangan Biarkan Hati Berkarat ~**~
SEBAGAI insan kita pasti ada melakukan dosa. Tidak kira sama ada dosa kecil atau besar, seseorang hamba Allah wajib segera bertobat. Jangan ditunda dengan harapan bahwa saat sudah tua baru bertobat dan insaf atas segala kesalahan yang kita lakukan. Kita sebagai hamba Allah tidak tahu bila kita akan mati.
Jadi, dalam soal membudayakan praktek beristighfar kepada Allah, harus tumbuh dari hati. Kita seharusnya menjernihkan karat-karat hati agar hati kita kembali putih bersih. Jangan biarkan hati kita terus berkarat akibat dosa yang dilakukan. Kata Abdullah Ibnu Mubarak;
"Aku melihat dosa-dosa itu mematikan hati dan rindu pada berbuat dosa, ia akan mewariskan kehinaan. Meninggalkan dosa berarti menghidupkan hati, karena itulah yang terbaik untuk dirimu."
Ingatlah, orang yang bertakwa senantiasa beranggapan dia banyak dosa.
Lantas setiap waktu dan hari lidah dan hati dijuruskan kepada Allah memohon ampunan. Jalan terbaik menyadarkan diri adalah dengan selalu bermuhasabah. Amalkan sebelum tidur, berpikir dan merenung diri apa yang telah kita lakukan pada hari itu. Apa dosa zahir dan batin yang telah kita lakukan.
Jangan biarkan hati kita berkarat, beristighfarlah selalu.
وٱستغفروا ٱلله إن ٱلله غفور رحيم
... Dan mintalah ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun, lagi Maha Penyayang.
(Surah Al-Muzzammil 73: Ayat 20)
iLuvislam
~**~ Iman Itu Manis ~**~
Kelezatan iman (Halawatul Iman) tidak bisa dirasakan jika kita tidak memulai langkah untuk memahami hikmat di sebalik setiap apa yang kita lakukan, mengapa dan bagaimana kita melakukannya.
Kesadaran diri adalah kata awalan terhadap setiap amalan yang kita buat.
Hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: "Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya; mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya, seperti bencinya jika dicampakkan ke dalam api. " (Muttafaq alaih)
Anas berkata, "Aku melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah memukulku, tidak pernah mencelaku dan tidak pernah bermuka masam di hadapanku. Rasulullah SAW mendoakan Anas dikurnia harta dan anak yang banyak dan doa beliau dikabulkan Allah.
Makna hadits ini, ada tiga sifat yang jika ada pada seseorang maka orang itu akan merasakan manisnya iman. Manisnya iman adalah rasa nikmat ketika melakukan ketaatan kepada Allah, ketenangan jiwa, kesenangan hati dan lapangnya dada.
Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, "Syaikh Abu Muhammad bin Abu Hamzah berkata:
Pengungkapan dengan lafaz 'manis' karena Allah mengumpamakan iman seperti pohon, seperti di dalam firman-Nya berarti:
"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik." (Surah Ibrahim, ayat 24)
Kalimat yang baik adalah kalimat ikhlas, kalimat tauhid, sedangkan pohon adalah pokok dari keimanan, cabangnya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan, daun-daunnya adalah segala amal kebaikan yang harus diperhatikan seorang mukmin, dan buahnya adalah segala macam bentuk ketaatan.
Manisnya buah ketika buah sudah matang, dan puncak dari rasa manis itu adalah apabila buah telah benar-benar masak. Maka ketika itulah akan terasa manisnya buah itu.Mencintai Allah harus melebihi cintanya kepada orang lain seperti orang tua, anak, diri sendiri dan siapa saja yang dekat dengan kita. Beriman kepada Allah memiliki rasa manis yang tidak mungkin dinikmati, kecuali oleh orang yang beriman dengan sebenar-benar keimanan, penuh keikhlasan dan ilmu.
Oleh karena itu, tidak semua orang yang mengatakan dirinya Muslim atau mukmin secara otomatis dapat merasakan manisnya iman. Iman bukan cukup hanya dengan angan-angan, tetapi wajib dimantapkan dalam hati, dikuatkan dengan perkataan dan perbuatan yang dijiwai sepenuh hati. Kata kunci segala permasalahan ini adalah ikhlas.
Menurut Imam Ibnul Qayyim, antara perbuatan untuk memperoleh kecintaan Allah dan kemanisan iman, setelah melakukan ibadah wajib:
l Membaca al-Quran dengan merenungkan dan memahami maknanya.
l Mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah.
l Terus menerus berzikir kepada Allah dalam setiap tindak tanduk kehidupan dengan hati, lisan atau perbuatan.
l Mendahulukan apa yang dicintai Allah dari apa yang dicintai diri sendiri.
l Berkawan dengan orang yang jujur mencintai Allah dan orang saleh
l Menjauhi segala hal yang dapat menghalangi link hati dengan Allah.
Mencintai Rasulullah SAW yang menyusul setelah mencintai Allah adalah ciri terpenting yang harus dimiliki siapa saja yang ingin merasakan kelezatan iman. Cinta Allah dan Rasul-Nya adalah kayu ukur untuk kecintaan terhadap diri sendiri, orang tua, anak dan seluruh manusia.
Suatu ketika Umar berkata kepada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu apa pun, kecuali diriku." Maka Nabi SAW menjawab, "Bukan begitu, demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri." Maka Umar menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya engkau sekarang lebih aku cintai dari diriku sendiri." Maka Nabi SAW menjawab, "Sekarang Umar, (telah sempurna imanmu)."
Anas juga meriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih dia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia."
Mencintai seseorang karena Allah maksudnya menjaga hubungan kasih sayang antara seorang Muslim dengan saudaranya atas landasan iman kepada Allah SWT dan amal shalih.
Kita mencintai saudara kita bukan karena keuntungan materi atau harta, kita membencinya atau menjauhinya bukan karena kemiskinan atau tidak memperoleh manfaat dunia darinya. Ukuran cinta kita kepadanya adalah atas dasar iman dan amal
Saling mencintai karena Allah memiliki hak yang harus ditunaikan antaranya membantu memenuhi kebutuhan saudaranya dan membantu pada saat dia membutuhkan bantuan, tidak membuka aib, tidak membenci, tidak iri dan dengki terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada saudara kita.
Selalu mendoakan saudara kita tanpa pengetahuannya dan mengucapkan salam jika bertemu, bertanya kabar keadaannya, tidak sombong dan tinggi diri. Jalinan seorang muslim dengan muslim lainnya dibangun atas landasan cinta kepada Allah.
Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Baginda mengenai tujuh golongan yang akan dinaungi Allah antaranya: "Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya."
iLuvislam
**~** Lipstick Anti Umpat **~**
Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, di akhirat seorang terkejut besar apabila melihat catatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya di dunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Ya Tuhanku, dari manakah datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah melakukannya". Maka Allah menjawab: "Semua kebaikan itu (pahala) datangnya dari orang melakukan umpatan kepada engkau tanpa engkau ketahui".
Sabda Rasulullah: "Wahai orang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum Muslim, dan janganlah kamu mengintip keaiban mereka. Sesungguhnya, siapa yang mengintip keaiban saudaranya, maka Allah akan mengintip keaiban, dan dia akan mengungkapkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri "(HR. Abu Daud).
Basahkanlah Bibir dan Lidahmu dengan Zikir sehingga tidak ruang untuk mengumpat.
ويل لكل همزة لمزة
Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela
(Surah Al-Humazah 104: Ayat 1)
iLuvislam
**~** Ucapan Salam Di Syurga **~**
(Yaitu) mereka yang diambil nyawanya oleh malaikat dalam keadaan mereka bersih suci (dari kufur syirik dan maksiat), sambil malaikat itu berkata kepada mereka: Selamat sejahtera kepada kamu; masuklah ke dalam surga disebabkan amal baik yang telah kamu kerjakan. (Surah An-Nahl ayat 32)
Sejarah SALAM
Hadits bahwa ketika Nabi Adam (AS) selesai diciptakan, Allah (SWT) memerintahkan Adam (AS) bertemu dengan sekelompok malaikat yang sedang duduk dan memberi salam kepada mereka. "Dengarkanlah, jawaban salam mereka kepadamu, sesungguhnya itu adalah sebagai penghormatan bagimu dan bagi keturunanmu ", Allah (SWT) berfirman kepada Nabi Adam (AS). Maka Nabi Adam (AS) pun menghampiri para malaikat itu dan mengucapkan salam yang diajarkan Allah keapda beliau yaitu: "Assalamu 'alaikum".
"Waalaikumus salam warahmatullah", jawab para malaikat.
(HR. Bukhari - Muslim).
Prinsip-prinsip Dalam Lafaz Salam
1. Mengingati Allah (SWT).
2. Peringatan kepada diri sendiri untuk menjaga kesejahteraan.
3. Ungkapan dan penyebaran kasih sayang antara sesama umat Islam.
4. Doa yang khusus.
5. Janji dan pengakuan bahwa 'Anda aman dari bahaya tangan dan lidahku' kepada orang yang diucapkan salam.
Protokol Ucapan Salam
Protokol (adab) dalam mengucapkan salam adalah seperti berikut:
- Orang yang berkendaraan mendahului memberi salam kepada orang yang berjalan kaki.
- Orang yang berjalan kaki mendahului memberi salam kepada orang yang duduk.
- Kelompok yang sedikit mendahului memberi salam kepada kelompok yang lebih banyak.
- Orang yang ingin meninggalkan sesuatu tempat memberi salam kepada orang yang tinggal.
- Saat keluar rumah dan juga saat pulang ke rumah, ucapkanlah salam meski tidak ada orang di rumah
- Jika bertemu berulang-ulang maka ucapkan salam setiap kali bertemu.
- Orang yang ingin berbicara mengucapkan salam kepada orang yang mendengar (di depannya)
- Orang yang lebih muda mendahului mengucapkan salam kepada orang yang lebih tua.
- Orang yang baru sampai mengucapkan salam kepada orang yang telah dahulu berada di satu-satu tempat.
SALAM: Ucapan Penghuni Surga
UCAPAN atau kata yang digunakan oleh para penghuni surga adalah ucapan salam atau ucapan keamanan dan kata-kata yang baik karena kebahagiaan mereka dapat memasuki surga. Tidak kata melukai perasaan atau ucapan yang sia-sia dan keji. Semua ucapan penghuni surga adalah ucapan kesejahteraan, kasih sayang dan kebahagiaan.
"Mereka (para penghuni surga) tidak akan mendengar kata yang sia-sia yang menyebabkan dosa, melainkan kata salam, selamat, sejahtera." (Al-Waqi'ah: 25-26).
Dan para malaikatpun akan menyampaikan ucapan selamat kepada penghuni-penghuni surga: "Dan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhannya, dibawa ke dalam surga dengan berbondong-bondong, sehingga apabila mereka sampai kepadanya, dibukalah pintu-pintunya dan berkata malaikat-malaikat penjaganya kepada mereka : Selamat untukmu, kamu telah suci, maka masuklah kamu kedalam surga dan kekal (di dalamnya). " (Surah Az-Zumar: 73).
Jika kita mengaharapkan dan memimpikan kehidupan di surga, maka budayakan ucapan salam dan kata yang baik-baik dalam kehidupan kita di dunia ini.
لا يسمعون فيہا لغوا إلا سلما ولهم رزقهم فيہا بكرة وعشيا
"" Mereka (para penghuni surga) tidak mendengar kata yang sia-sia di dalamnya melainkan kata salam (kata yang baik), dan untuk mereka (pula) memperoleh rezeki di dalamnya pagi dan petang. "(Surah Maryam Ayat ke 62)
iLuvislam
~**~ Manisnya Tahajud ~**~
"Malam itu gelap gelita tetapi ia amat indah. Di muka langit bertaburan bintang-bintang yang berkelipan, disisi bulan yang terang benderang. Untuk apakah Allah jadikan malam? Ada waktu malam yang dihiasi dengan munajat kepada Allah dan ada malam yang dihiasi dengan durhaka kepada Allah Jadilah malam itu tidak selalu indah dan permai karena ia tergantung kepada penghuni-penghuninya.
Untuk orang-orang yang saleh merindui malam ibarat pengantin menanti malam pertama. Karena pada waktu malam untuk mereka bermesra-mesra dengan Tuhannya. Pada waktu malam tidak kebisingan kecuali mereka mengadu dan bermunajat kepada Tuhannya.
Kalau sepasang kekasih mencari waktu malam untuk memadu kasih, maka tidak heran kalau orang-orang yang saleh juga menggunakan waktu malam untuk memadu cinta sejati dengan Allah Berkata Al Fudhail bin Iyadh, "Apabila terbenam matahari maka saya gembira dengan gelap. Dan ketika terbitnya matahari maka saya berdukacita karena datangnya manusia kepadaku!" Abu Sulaiman berkata, "Jikalau tidaklah karena malam niscaya saya tidak menyukai tinggal di dunia ini."
Selain dari keheningan malam yang ada pada waktu malam, Allah juga menurunkan malaikat-malaikat di malam hari untuk memberi rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang sedang beribadah. Malaikat akan turun ke bumi mencari manusia-manusia yang menghidupkan malam dengan ibadah untuk diberi rahmat dan diaminkan doanya.
Pada waktu malam juga akan ada satu detik di mana barangsiapa yang berdoa ketika itu akan dikabulkan segala hajatnya. Shalat yang didirikan pada waktu malam juga lebih banyak manfaat dan lebih pahalanya.
Sabda Rasulullah berarti:
"Dua rakaat yang dikerjakan oleh hamba pada waktu tengah malam adalah lebih baik baginya dari dunia dan isinya. Sekiranya tidak memberi kesulitan kepada umatku, niscaya saya wajibkan kedua rakaat itu atas mereka."
Sabda Rasulullah lagi yang bermaksud: "Kerjakan shalat dua rakaat dalam kegelapan malam untuk kesuraman kubur."
Maka sebaik-baik pengisian waktu malam adalah dengan mendirikan ibadah shalat. Allah memberi pandangan kepada golongan ini karena mereka telah sanggup meninggal keenakan dan kenyamanan beristirahat untuk bangun mengabdikan diri sebagai seorang hamba. Di tengah-tengah kesejukan dan kedinginan malam, maka kaum ini telah membasuh diri dengan wudhuk dan berdiri serta sujud kepada Allah Untuk melakukan pekerjaan ini bukannya mudah. Ia membutuhkan kegigihan pada hati dan hidup cintanya dengan Tuhan. Sebab itu Allah menyediakan sebuah syurga bagi hamba-hamba-Nya yang menghidupkan malam.
Meskipun itu adalah janji dari Allah s.w.t. kepada kita namun kepayahan untuk menghidupkan malam lebih ketara lagi karena setan juga berperan dengan sungguh-sungguh mencegah manusia melakukan.
Rasulullah saw bersabda: "Diikat oleh syaitan di atas seseorang kamu dengan tiga ikatan ketika ia sedang tidur. Maka setan memukul tiap-tiap tempat ikatan tersebut sepanjang malam sehingga tertidurlah kamu. Kalau kamu terbangun dan berzikir kepada Allah niscaya terbukalah satu ikatan. Kalau berwudhu niscaya terbukalah satu ikatan lagi dan kalau bersolat nescaya terbukalah semuanya. Sehingga kamu menjadi rajin dan baik jiwanya. Kalau tidak demikian niscaya menjadi keji jiwa dan malas. "
Kapan dilihat dari segi halangan-halangan yang terpaksa ditempuhi oleh seseorang yang mau menghidupkan malam dengan ibadah, maka tidak salah kalau diletakkan mereka dalam golongan manusia yang berjiwa gigih dan hidup cintanya dengan Allah Golongan ini juga telah mewarisi pekerjaan orang-orang saleh.
Rasulullah s.a.w bersabda:
"Haruslah kamu bangun malam karena itu adalah kebiasaan orang-orang saleh sebelum kamu. Sesungguhnya bangun malam adalah mendekatkan diri kepada Allah Azzawajalla, menutup segala dosa, menghilangkan segala penyakit pada tubuh dan mencegah dari dosa."
- Artikel iluvislam.com
**~** Tarbiyyah Satu Proses Pengalaman **~**
Seringkali, kesibukan dijadikan alasan untuk tidak memenuhi kewajiban di dalam perjuangan.
Seharusnya disadari, kesibukan bukanlah satu masalah dalam memenuhi kewajiban perjuangan.
Ini karena, keduanya adalah proses pengalaman yang selalu mematangkan diri.
Bagaimana menghadapinya, yakni antara kesibukan tanggung jawab ada dan tanggung jawab perjuangan?
Bagaimana menangani diri kita dalam mensikapi tantangan kesuntukan masa ini?
Ada orang yang selalu menggunakan kesibukan sebagai alasan.
Alasan tidak dapat datang majlis-majlis pengajian. Tidak dapat datang usrah. Tidak dapat datang pertemuan dan macam-macam lagi pengajian.
Ada juga karena kesibukan dijadikan alasan tidak dapat beramal. Shalat tidak berjamaah, tinggal dzikir Ma'thurat, tidak ada waktu untuk al-Quran juga tidak dapat bangun malam bertahajjud.
Selain itu ada juga yang membuat alasan karena tanggung jawab perjuangan, terabai langsung amal fardi.
Inilah alasan-alasan yang datang dari nafsu dan kerendahan himmah seorang yang mengaku pejuang ..!
Justru, tarbiyyah bukan semata-mata fikrah. Tarbiyyah bukan semata-mata kekuatan hujjah.
Tarbiyyah bukan semata-mata ilmiyyah. Namun, ia adalah proses perubahan melalui pengalaman beramal dengan ilmu, berpegang dengan fikrah ini pengalaman menangani diri dalam menghadapi arus kehidupan yang penuh dengan kesibukan dan tanggung jawab perjuangan.
Tarbiyyah adalah satu proses merasakan pengalaman. Bagaimana rasanya berpegang teguh dengan Islam sebagai cara hidup. Bagaimana rasanya beramal dan merasakan lezat beramal. Bagaimana rasanya bila berjuang dan merasakan pahit getir perjuangan. Bagaimana rasanya bersusah payah dalam perjuangan dan sabar dalam bersusah payah.
Oleh itu, jika pernah rasa senang maka kena rasa juga susah. Jika pernah rasa menang maka kena rasa juga kalah. Jika pernah rasa kuat maka kena rasa juga lemah. Semua itu memberi pengalaman merasakan sunnah dan realitas perjuangan. Barulah seorang pejuang itu menjadi matang dalam tarbiyyahnya.
Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya:
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga sedangkan belum lagi datang kepadamu apa yang telah mengenai orang-orang yang sebelum kamu; mereka dirasakan dengan kesakitan dan kemiskinan dan digoncangkan (pegangan) mereka sehingga berkata Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, ' Kapan lagi datang pertolongan Allah 'Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat ". (Surah al-Baqarah: 214)
Oleh itu, ya anak-anak, kukuhkanlah amalanmu, terjunlah ke medan perjuangan, tinggalkanlah alam mimpi fikrah dan idealismamu.
Niscaya antum akan menjadi pejuang aqidah dan fikrah yang sebenarnya.
Menjadi pencinta mati syahid demi surga Allah yang tinggi.
iLuvislam
**~** Tanda-Tanda Hati Kita Keras **~**
Hati adalah sumber ilham dan pertimbangan. Ia juga adalah tempat lahirnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan sikap degil serta ketenangan dan kekhawatiran.
Hati adalah sumber kebahagiaan jika kita mampu membersihkannya namun sebaliknya ia merupakan sumber bencana jika kita gemar menodainya. Aktivitas yang dilakukan sering bersumber dari lurus atau bengkoknya hati.
Abu Hurairah r.a. berkata, "Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentara. Jika raja itu baik, maka akan baik pula lah tentaranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tentaranya".
Hati yang keras memiliki tanda-tanda yang bisa dikenal, di antara yang terpenting adalah seperti berikut:
01.Malas melakukan ketaatan dan amal kebajikan.
Terutama malas untuk melaksanakan ibadah, malah mungkin memandang ringan. Misalnya tidak serius dalam menunaikan shalat, atau merasa berat dan enggan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah. Allah telah menyebut kaum munafik dalam firman-Nya yang berarti;
"Dan mereka tidak mengerjakan shalat, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." - [At-Taubah: 54]
02.Tidak merasa gerun dengan ayat al-Quran.
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, hatinya tidak terpengaruh sama sekali. Mereka juga default dari membaca al-Quran serta mendengarkannya. Bahkan enggan dan berpaling darinya. Sedangkan Allah S.W.T memberikan peringatan;
"Maka beri peringatanlah dengan al-Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku." (Surah Al-Qaf, ayat 45)
03.Berlebihan mencintai dunia dan melupakan akhirat.
Segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata-mata. Segala sesuatu ditimbang dari segi kebutuhan dunia. Cinta, benci dan hubungan sesama manusia hanya untuk urusan dunia saja. Penghujungnya jadilah dia seorang yang dengki, ego, individulistik, bakhil dan tamak terhadap dunia.
04.Kurang mengagungkan Allah.
Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman menjadi lemah, tidak marah ketika larangan Allah diperlekehkan orang lain, tidak mengamalkan yang makruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.
iLuvislam
~**~ Jalan Yang Benar ~**~
Tunjukanlah kami jalan yang lurus. Yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat. (Surah Al-Fatihah 1: Ayat ke 6-7)
Pagi tadi, petang kemarin, siang ini, bahkan malam nanti juga, pastinya kita tidak putus-putus tanpa jemu meminta agar di ¬ karunia ¬ kan jalan yang lurus. Ya, semuanya kita ungkapkan melalui bacaan al-Fatihah dalam shalat lima waktu yang dilakukan sehari semalam. Permohonan yang telah kita ajukan entah berapa ratus bahkan ribuan kali kepada Allah Bayangkan, jika kita kini berusia 40 tahun dan mulai mengerjakan shalat sejak akil baligh (sekitar usia 15 tahun), berarti kita telah meminta jalan yang lurus sejumlah 155,125 kali! Apakah status permohonan kita itu? Apakah Allah menyia-nyiakan permohonan yang diajukan sebanyak dan sesering itu? Atau apakah kita yang menghabiskan jawaban yang telah diberikan Allah? Namun yang pasti, Allah tidak akan menyia-nyiakan doa hamba-Nya berdasarkan firman-Nya yang artinya: "Berdoalah niscaya akan Aku memperkenankan." (Surah Ghafir: 60)
APA ITU JALAN YANG LURUS?
• Ada ulama menjelaskan bahwa maksud jalan yang lurus adalah menyembah Allah. Ini berdasarkan firman Allah: "Sesungguhnya Allah Tuhanku dan Tuhanmu maka sembahlah Dia, inilah jalan yang lurus." (Surah Ali 'Imran 4:51)
• Pendapat lain menyatakan jalan yang lurus adalah agama Islam berdasarkan firman Allah: "Dan barang siapa yang berpegang teguh dengan agama Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Surah Ali 'Imran 4: 101)
• Ada ulama yang menyebut jalan yang lurus adalah al-Quran berdasarkan hubungan surat al-Fatihah dengan surat setelahnya. Melalui ayat 6-7 surat al-Fatihah, Allah meminta hamba-Nya memohon jalan yang lurus, maka Allah menjelaskan jalan itu dengan berkata, "Inilah kitab yang tiada keraguan di dalamnya." (Surah al-Baqarah 2: 1)
• Tafsir Ibnu Katsir dalam menguraikan "Siratul Mustaqim" juga menyatakan Kitabullah (al-Quran). Firman Allah dalam surat al-Nur ayat 46: "Sesungguhnya Kami menurunkan ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan (halal dan haram). Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus."
• Karena al-Quran tidak bisa dipraktekkan tanpa panduan sunah Rasulullah, maka jalan yang lurus dalam konteks ini juga berarti sesuai sunah Rasulullah saw
Semua definisi ini dirangkumkan, dapat dirumuskan bahwa jalan (metode) yang lurus adalah menyembah Allah dengan mematuhi agama Islam berdasarkan Al-Quran dan as-Sunah. Secara prakteknya, jalan yang lurus itu adalah pelaksanaan semua perintah Allah yang mengandung lima hukum - wajib (halal), sunat, haram, makruh dan harus dalam seluruh aspek kehidupan dari soal sekecil-kecilnya hingga sebesar-besarnya.
ٱهدنا ٱلصرٲط ٱلمستقيم
Tunjukilah kami jalan yang lurus.
[Surah al-Fatihah 1: Ayat 6]
iLuvislam
**~** Katakan Tidak Kepada Putus Asa **~**
Kegagalan seakan satu hal yang telah sebati dengan kehidupan setiap insan.
Namun, tiap kali kegagalan itu terjadi, ketabahan dan penerimaan masih tidak.
Pasti akan disusul dengan kekecewaan
Sedangkan ini adalah hal lazim dalam kehidupan.
Setiap kali kegagalan itu bertandang, terlalu sulit untuk diterima oleh hati.
Ada saja persoalan yang ditimbulkan mempertikaikan kegagalan yang diperoleh.
Kegagalan itu membawa kepada rasa putus asa dalam diri.
Namun, ingin saya bertanya, apakah putus asa itu satu hal yang wajar dilakukan jika kita berhadapan dengan kegagalan?
Sedangkan, kegagalan bukanlah akhir kehidupan dan 'jalan mati' kepada kesuksesan.
Seperti yang selalu kita dengar, banyak yang berhasil setelah menemukan kegagalan.
Dan kegagalan itu yang membuat seseorang lebih matang dan berhati-hati dalam menyusun perjalanan kehidupan.
Pernahkah Anda menghadapi rasa putus asa?
Setelah berbagai rintangan dan dugaan Anda tempuhi, tetapi dipatahkan dengan rasa putus asa yang tiba-tiba melintas di pikiran.
Bukankah itu membuat Anda berada dalam kerugian.
Setelah waktu dan kudrat habis pada sesuatu hal, dengan mudah rasa menghasut dan menggagalkan apa yang diusahakan selama ini. Jadi, apakah segalanya berbaloi?
Lawan Perasaan Putus Asa
Paling penting adalah untuk mengalami rasa putus yang datang.
Bukan takut kepada kegagalan karena tanpa kita sadari, putus asa adalah penyebab kegagalan.
Bukan kegagalan penyebab timbul rasa putus asa.
Kesalahan sering terjadi di situ.
Putus asa juga bukan satu sikap yang baik untuk mereka yang bergelar pelajar.
Karena, dalam dunia sebagai seorang pelajar terlalu banyak dugaan dan kepayahan yang akan ditempuh.
Hanya terletak pada mereka yang mengidamkan keberhasilan yang akan terus mempertahankan kekebalan semangat mereka tanpa menghiraukan rasa putus asa yang sering datang tidak mengira masa dan waktu.
Jika terasa malas saat belajar, itu juga merupakan sikap putus asa yang membawa kepada kegagalan.
Kita harus ingat, jangan jadikan putus asa sebagai salah satu agenda dalam diari hidup kita.
Tetapi jadikan rasa inginkan kesuksesan dan mengejar ke kehidupan yang lebih berarti sebagai tujuan kita.
Putus asa seakan musuh yang tidak kita menyadarinya. Sikap itu datang dalam kondisi spontan dan halus.
Seharusnya kita mengetahui arti putus asa.
Putus asa adalah musuh utama yang akan membawa kepada berbagai sikap negatif lainnya.
Malas timbul karena rasa putus asa. Hilang semangat juga timbul karena putus asa.
Semuanya dimulai dari putus asa.
Jangan biarkan keputusasaan menguasai diri karena akan membawa kepada sikap negatif yang lain.
Pelajari sikap itu dan tanganinya. Pasti sukses milik kita.
- Artikel iluvislam.com
~**~ Cinta Allah Adalah Kejayaan ~**~
".. Dan siapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya dan meninggalkan laranganNya), niscaya Allah akan mengadakan baginya jalan keluar (dari segala hal yang menyusahkannya),"
(At-Talaq 65:2)
- Kunci kemuliaan adalah taat kepada Allah dan RasulNya.
- Kunci rezeki adalah berusaha disertai dengan istighfar dan ketaqwaan.
- Kunci surga adalah mengesakan Allah (Tauhid).
- Kunci iman adalah merenungkan ayat-ayat Allah dan tanda-tanda kebesaran yang ada pada makhluk-makhluk.
- Kunci kebaikan adalah kejujuran.
- Kunci kehidupan hati adalah merenungkan Al-Qur'an, berdoa di malam hari dan meninggalkan perbuatan dosa.
- Kunci ilmu pengetahuan adalah tidak malu bertanya dan mendengar dengan baik.
- Kunci kemenangan dan kesuksesan adalah sabar.
- Kunci kebahagiaan adalah taqwa.
- Kunci bertambahnya nikmat adalah bersyukur.
- Kunci mencintai akhirat adalah zuhud terhadap duniawi.
- Kunci agar permintaan diqabulkan oleh Allah SWT adalah berdoa.
"Dan bersabarlah kamu terhadap musibah yang menimpamu"
ٱلذين ءامنوا وتطمٮن قلوبهم بذكر ٱلله ألا بذڪر ٱلله تطمٮن ٱلقلوب
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan "zikrullah". Ketahuilah dengan "zikrullah" itu, hati menjadi tenteram.
(Surah al-Rad 13: Ayat 28)
iLuvislam
**~** Cinta Allah, Cinta Rasul-Nya, Cinta Makhluk : Berbeda Atau Berkaitan **~**
"Mulai hari ini, aku tidak akan mencintai siapapun lagi, tidak akan mengharapkan cinta makhluk lagi, cukuplah Cinta Allah dalam hatiku."
Seorang remaja penuh semangat mengeluarkan kata-kata yang sangat puitis lagi menarik.
"Cintaku hanya untuk-Mu, Ya Allah .."
Slogan yang ditulis oleh seorang remaja, yang penuh keinsafan.
"Cinta akan Allah sebelum cinta akan hamba-NYA."
Seorang sahabat menasehati sahabatnya yang lain. Mungkin kebanyakan kita pernah terbaca atau terdengar ungkapan ini dan dengan penuh keyakinan kita mendukung dan menyetujuinya.
Namun, pernahkah kita berpikir sejenak dan sedalam-dalamnya seberapa makna dan maksud yang terkandung dari ungkapan tersebut.
Jika diselidiki, kebanyakan yang mengungkapkan ayat-ayat seperti ini terdiri dari remaja yang pernah mengalami kekecewaan dalam cinta makhluk, atau ada juga remaja yang mengungkapkannya untuk menenangkan hati mereka sendiri, dek karena lonjakan dan galakan jiwa remaja yang sedang bergelodak, ibarat api yang sedang membara , dan ia dijadikan sebagai air untuk memadamkan kebakaran tersebut.
Secara umum, ayat-ayat ini tidak masalah sedikit pun dari segi maknanya, namun sedikit penelitian perlu diingat agar ayat yang memiliki isi yang baik ini, tidak disalah artikan, bahkan lebih bahaya jika digunakan di tempat yang salah.
"Kata kebenaran yang dimaksud (diinginkan) kebatilan." [Ali b. Abi Thalib]
Maksud asal ungkapan itu benar dan tepat dari segi syarak, namun maksud orang yang melafazkannya adalah di luar landasannya.
Sama-sama kita renungkan dalil-dalil beserta penjelasan yang akan disajikan di bawah, untuk merungkai kebuntuan dan kesalahpahaman tentang "ayat-ayat cinta" pada.
Dari Anas b. Malik, dari Nabi SAW telah bersabda:
"(Seseorang kamu tidak beriman (masih tidak sempurna iman) sehingga Allah dan Rasul-NYA lebih disayanginya (dicintainya) dari apa yang selain kedua itu (Allah dan Rasul-NYA )...)"
[Musnad Ahmad No.13991, Sheikh Shu'aib al-Arnouth menilai: Isnadnya Shahih menurut Persyaratan Al-Bukhari dan Muslim]
Hadis ini menerangkan dengan jelas prioritas untuk menempatkan Cinta dan Kasih Sayang kita kepada Allah dan Rasul-NYA melebihi segala-galanya, namun perlu diperhatikan Nabi SAW menempatkan jaringan yaitu mencintai Allah (didahulukan) dan kemudian Rasul-NYA, berarti Beliau SAW mengingatkan kita agar tidak pernah memutuskan dua jaringan ini dalam perasaan cinta dan kasih sayang kita.
Ibarat lagu dan irama, keduanya tidak bisa sama sekali dipisahkan, jika dipisahkan juga pincanglah kehidupan dan cacatlah kesempurnaan Iman kita kelak.
Sebagaimana dua kalimat syahadat yang selalu diucapkan di bibir kita, juga merangkaikan dua kesaksian untuk melengkapi keIslaman kita;
"Aku bersaksi bahwa Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah (saja), dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu utusan Allah."
Justru, "ayat-ayat cinta" pada, harus sedikit diperbaiki agar sesuai dan berketepatan dengan hadits dan anjuran Nabi SAW yaitu merangkaikan Cinta Allah dengan Cinta Rasul-Nya.
Beberapa persoalan timbul, apakah Cinta Allah dikaitkan dengan Cinta Rasul-NYA tidak bisa berhubungan dengan cinta kepada makhluk?
Apakah benar, Cinta Allah dan Rasul-NYA harus disempurnakan terlebih dahulu, sebelum mendapatkan cinta makhluk?
Coba kita singkapkan kembali sejarah penciptaan manusia, Allah menciptakan Adam pada mulanya, dan diciptakan Hawa setelah itu sebagai teman hidupnya, dimasukkan fitrah cinta dan kasih sayang sesama mereka. Oleh itu, perasaan yang kita miliki turun temurun ini bukanlah satu kesalahan atau dosa, bahkan semuanya untuk kebaikan dan kepentingan diri kita sendiri.
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda -tanda untuk kaum yang berpikir. " [Ar-Rum, ayat 21]
Namun setiap kebaikan mampu menjadi keburukan jika salah aplikasi, ibarat seorang mekanik motor yang memiliki keterampilan tinggi, menggunakan keahliannya untuk memodifikasi motor untuk penggunaan mat rempit, maka berubahlah manfaat kepada mudarat.
Demikianlah juga cinta kepada makhluk, fitrah untuk manfaat, bukan fitnah untuk mudarat, yang penting sesuai saluran yang benar dan pedoman yang telah Allah dan Rasul-NYA tetapkan.
Untuk persoalan kedua, akan terjawab dengan pertanyaan ini, apakah kita mampu mendapatkan Cinta Allah dan Rasul-NYA secara sempurna sepenuhnya, bukankah manusia tidak pernah sunyi dari membuat dosa? Bahkan dikuatkan lagi dengan argumen bahwa tingkat keimanan kita juga ada download dan naik sebagaimana air pasang surut, dan itu juga lumrah yang Allah ciptakan pada kita.
"Katakanlah (Wahai Muhammad):" Jika kamu semua (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (sunnah-sunnahku), niscaya Allah akan mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. "Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". [Surah Ali-Imran, ayat 31]
Ayat ini jelas menerangkan, hubungan antara Cinta Allah dan Rasul-NYA, mulai dari mencintai Rasulullah SAW dengan mengikuti sunnah-sunnah Baginda SAW tanpa mempertikaikan atau mempertanyakan apabila jelas kebenarannya.
Jika hal ini dilaksanakan dengan penuh perhatian, dengan sendirinya Allah akan mencintai dan mengasihi kita, tanpa kita harus mengungkapnya dengan "ayat-ayat cinta" pada, bahkan Allah memberikan bonus yang lebih hebat, yaitu dijanjikan pengampunan dosa, sebagai imbalan besar karena menurut sunnah Rasul-NYA.
Kesempurnaan Cinta Allah dan Rasul-NYA adalah mustahil, namun mendahului Cinta Allah dan Rasul-NYA adalah perlu. Inilah maksud hadits yang telah dijelaskan barusan dan ayat di atas ini bahwa setiap yang kita lakukan di dunia ini adalah sebagai bekal dan harus berdasarkan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW sebagaimana yang diwahyukan oleh Allah SWT Itulah bukti besar Cinta kita kepada Allah dan Rasul-NYA, tanpa melebihkan sesuatu selain keduanya.
Singkatnya, Cinta Allah akan diperoleh dengan sendirinya, jika Cinta Rasu-NYA dititikberatkan sepenuh hati. Insya-Allah.
Apakah pula kaitan cinta Allah dan Rasul-Nya dengan cinta makhluk?
Begitulah halnya kaitan dengan cinta makhluk, disebut dalam satu hadis tersebut tiga orang yang datang bertanya istri-istri Nabi SAW terkait hal ibadah Beliau SAW di rumah, setelah mendengar hal tersebut, mereka mulai berpikir bahwa Nabi SAW yang telah diampuni segala dosa, begitu kuat ibadahnya , bagaimanalah nasib mereka jika dibandingkan dengan Nabi SAW
Lantas salah seorang dari mereka mengatakan bahwa akan shalat sepanjang malam (tanpa tidur) selama-lamanya, seorang lagi mengatakan bahwa akan berpuasa sepanjang hari tanpa berbuka, dan seorang lain pula mengatakan bahwa akan menjauhkan diri dari wanita-wanita, dan tidak akan menikah selama- lamanya. Pada saat itu Nabi SAW telah datang, dan bersabda:
"Kamukah yang telah berkata begini dan begini (sebagaimana yang mereka katakan barusan), DEMI ALLAH, aku adalah orang yang paling takut dan bertaqwa kepada Allah dari kalangan kamu semua, akan tetapi AKU BERPUASA dan BERBUKA, AKU SOLAT (malam) dan aku berbaring (tidur), AKU JUGA mengawini wanita-wanita, Siapa yang benci akan sunnahku, maka bukan dari kalanganku (yakni bukan umatku). "
[HSR al-Bukhari 5063, Muslim 3384, Ahmad 13568, an-Nasa'I 6 / 60]
Hadis panjang ini jelas menunjukkan kepentingan sesuai sunnah Nabi SAW, termasuk cinta makhluk menurut saluran yang benar, yaitu BERKAHWIN.
Dalam hadits lain juga disebut galakan menikah yaitu saluran benar untuk cinta makhluk, hadits berbunyi:
"Hai pemuda-pemuda: Siapa di antara kamu yang mampu nikah (disebut dalam syarah makna hadits ini," Nikah "berarti jima ', nafkah dan mahar"), maka Menikahlah; karena sesungguhnya ia (menikah) lebih menundukkan pandangan, lebih menjaga kemaluan. Dan jika dia tidak mampu, maka (dianjurkan) berpuasa; itu adalah penjagaan baginya. "[Al-Bukhari 1905, Muslim 1400]
Sunnah Nabi SAW adalah sesuatu yang syumul (lengkap dan sempurna) meliputi segala aspek kehidupan di dunia dan untuk akhirat. Cinta Makhluk dan berbagai lagi masalah kehidupan semuanya terdapat dalam Sunnah Nabi SAW, maka jika kita mengabaikannya, kita tidak menurut sunnah, bagaimana memperoleh cinta Allah?
Kesimpulannya, Cinta Allah adalah Cinta Teragung, namun dalam membicarakannya apakah kita di landasan yang benar atau sekedar menurut pikiran kita tanpa berdasarkan Kitab-NYA dan Sunnah Rasul-NYA, yang telah jelas menerangkan hubungan antara Cinta Allah, Cinta Rasu-NYA dan Cinta Makhluk yang menjadi pecahan kecil dalam Cinta RasuNYA ...
Akhirnya, tiadalah lagi masalah atau perselisihan tentang Cinta Allah adalah segala-galanya, bahkan dianjurkan sedikit modifikasi dari segi ungkapan ayat tersebut yaitu "Aku mencintai Allah dan Rasul-Nya dan aku mencintai makhluk pula menurut anjuran Rasul-Nya berlandaskan al-Quran dan Sunnah . "
Namun, jangan disalah artikan pula konten artikel ini, bukan untuk mempromosikan Cinta Makhluk tidak terbatas, segalanya telah dijelaskan sebelum ini dalam artikel "Cinta Halal dan Hikmah Istikharah" tentang cara-cara cinta makhluk yang sebenarnya menurut landasan al-Quran dan Hadis. Lihat artikel tersebut untuk mengetahuinya secara lebih lanjut. Wallahu'alam.
-Artikel iluvislam.com
Langganan:
Postingan (Atom)