Jumat, 17 Juni 2011

~**~ Iman Itu Manis ~**~




Kelezatan iman (Halawatul Iman) tidak bisa dirasakan jika kita tidak memulai langkah untuk memahami hikmat di sebalik setiap apa yang kita lakukan, mengapa dan bagaimana kita melakukannya.

Kesadaran diri adalah kata awalan terhadap setiap amalan yang kita buat.

Hadits dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda: "Ada tiga hal, yang jika tiga hal itu ada pada seseorang, maka dia akan merasakan manisnya iman. (Yaitu) Allah dan Rasul-Nya lebih dia cintai dari selain keduanya; mencintai seseorang, dia tidak mencintainya kecuali karena Allah; benci untuk kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan darinya, seperti bencinya jika dicampakkan ke dalam api. "
(Muttafaq alaih)

Anas berkata, "Aku melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah memukulku, tidak pernah mencelaku dan tidak pernah bermuka masam di hadapanku. Rasulullah SAW mendoakan Anas dikurnia harta dan anak yang banyak dan doa beliau dikabulkan Allah.

Makna hadits ini, ada tiga sifat yang jika ada pada seseorang maka orang itu akan merasakan manisnya iman. Manisnya iman adalah rasa nikmat ketika melakukan ketaatan kepada Allah, ketenangan jiwa, kesenangan hati dan lapangnya dada.

Al-Imam Ibnu Hajar al-Asqalani berkata, "Syaikh Abu Muhammad bin Abu Hamzah berkata:

Pengungkapan dengan lafaz 'manis' karena Allah mengumpamakan iman seperti pohon, seperti di dalam firman-Nya berarti:

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik."
(Surah Ibrahim, ayat 24)

Kalimat yang baik adalah kalimat ikhlas, kalimat tauhid, sedangkan pohon adalah pokok dari keimanan, cabangnya adalah menjalankan perintah dan menjauhi larangan, daun-daunnya adalah segala amal kebaikan yang harus diperhatikan seorang mukmin, dan buahnya adalah segala macam bentuk ketaatan.

Manisnya buah ketika buah sudah matang, dan puncak dari rasa manis itu adalah apabila buah telah benar-benar masak. Maka ketika itulah akan terasa manisnya buah itu.Mencintai Allah harus melebihi cintanya kepada orang lain seperti orang tua, anak, diri sendiri dan siapa saja yang dekat dengan kita. Beriman kepada Allah memiliki rasa manis yang tidak mungkin dinikmati, kecuali oleh orang yang beriman dengan sebenar-benar keimanan, penuh keikhlasan dan ilmu.

Oleh karena itu, tidak semua orang yang mengatakan dirinya Muslim atau mukmin secara otomatis dapat merasakan manisnya iman. Iman bukan cukup hanya dengan angan-angan, tetapi wajib dimantapkan dalam hati, dikuatkan dengan perkataan dan perbuatan yang dijiwai sepenuh hati. Kata kunci segala permasalahan ini adalah ikhlas.

Menurut Imam Ibnul Qayyim, antara perbuatan untuk memperoleh kecintaan Allah dan kemanisan iman, setelah melakukan ibadah wajib:

l Membaca al-Quran dengan merenungkan dan memahami maknanya.

l Mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan amalan sunnah.

l Terus menerus berzikir kepada Allah dalam setiap tindak tanduk kehidupan dengan hati, lisan atau perbuatan.

l Mendahulukan apa yang dicintai Allah dari apa yang dicintai diri sendiri.

l Berkawan dengan orang yang jujur ​​mencintai Allah dan orang saleh

l Menjauhi segala hal yang dapat menghalangi link hati dengan Allah.

Mencintai Rasulullah SAW yang menyusul setelah mencintai Allah adalah ciri terpenting yang harus dimiliki siapa saja yang ingin merasakan kelezatan iman. Cinta Allah dan Rasul-Nya adalah kayu ukur untuk kecintaan terhadap diri sendiri, orang tua, anak dan seluruh manusia.

Suatu ketika Umar berkata kepada Nabi SAW: "Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu apa pun, kecuali diriku." Maka Nabi SAW menjawab, "Bukan begitu, demi zat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sehingga aku lebih engkau cintai dari dirimu sendiri." Maka Umar menjawab, "Demi Allah, sesungguhnya engkau sekarang lebih aku cintai dari diriku sendiri." Maka Nabi SAW menjawab, "Sekarang Umar, (telah sempurna imanmu)."

Anas juga meriwayatkan dari Rasulullah SAW, beliau bersabda: "Tidak beriman salah seorang di antara kalian, sehingga aku lebih dia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia."

Mencintai seseorang karena Allah maksudnya menjaga hubungan kasih sayang antara seorang Muslim dengan saudaranya atas landasan iman kepada Allah SWT dan amal shalih.

Kita mencintai saudara kita bukan karena keuntungan materi atau harta, kita membencinya atau menjauhinya bukan karena kemiskinan atau tidak memperoleh manfaat dunia darinya. Ukuran cinta kita kepadanya adalah atas dasar iman dan amal

Saling mencintai karena Allah memiliki hak yang harus ditunaikan antaranya membantu memenuhi kebutuhan saudaranya dan membantu pada saat dia membutuhkan bantuan, tidak membuka aib, tidak membenci, tidak iri dan dengki terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada saudara kita.

Selalu mendoakan saudara kita tanpa pengetahuannya dan mengucapkan salam jika bertemu, bertanya kabar keadaannya, tidak sombong dan tinggi diri. Jalinan seorang muslim dengan muslim lainnya dibangun atas landasan cinta kepada Allah.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sabda Baginda mengenai tujuh golongan yang akan dinaungi Allah antaranya: "Dua orang yang saling mencintai karena Allah, berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya."

iLuvislam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar