Senin, 06 Juni 2011
~**~ Anggunkan Hati Kita ~**~
Dalam kita selalu membaguskan wajah kita yang sudah cantik dan kepribadian kita, pernahkah kita berpikir bagaimana kondisi hati kita?
Hati yang sebenarnya menjadi dasar pencernaan kepribadian kita. Seperti mafhum hadis Rasululullah saw, di dalam tubuh kita ada seketul daging, jika baik daging itu, maka baiklah jasadnya. Dan jika buruk daging itu, maka buruklah jasad itu. Itulah Qalbu (hati). (Au kama Qal)
Ya hati. Hati dalam bahasa arab memiliki dua kata yaitu Fuad dan Qalbu.
Fuad menjelaskan makna fisik hati itu sendiri. Dan Qalbu pula berarti bervariasi.
Begitulah sifat Qalbu, bervariasi. Kadang-kadang kita rasa sayang, kasih dan kadang-kadang kita rasa benci dan dendam.
Semua ini berhubungan dengan iman. Sesungguhnya iman itu dapat bertambah dan berkurang. Jika hati kita bersih, maka baiklah perilaku kita tanpa dipaksa-paksa dan jika kotor hati kita, maka buruklah perangai kita. Dan ia mampu berubah dalam sekejap. Paginya baik, petangnya buruk.
Kalau kita selalu mencuci wajah kita atau badan dengan berbagai pencuci muka dan losyen pemandian, bagaimana dengan hati kita? Bagaimana mau mencuci? Bila perlu dicuci?
3 Jenis Hati
Sebelum itu mari kita kenal 3 jenis hati. Sediakan 3 gelas, satu berisi air kosong. Satunya air teh dan yang satu lagi dengan air kopi kental.
Untuk air kosong, diumpamakan hati yang bersih. Masukkan gula yang diibaratkan sebagai dosa kecil. Apakah nampak gula itu jatuh? Ok, masukkan pula sendok ke dalamnya yang diibaratkan sebahgai dosa besar. Nampak jelas? Ya, keduanya nampak jelas bukan?
Begitulah diibaratkan hati kita yang bersih jika pernah melakukan perbuatan salah, hati kita akan merasa gelisah dan terasa yang dia sudah melakukan dosa. Jelas terasa di hatinya yang dia merasa bersalah. Itulah gambaran hati yang bersih. Mudah sensitif dengan gerak gerik laku perbuatannya.
Untuk tipe hati yang kedua, air teh itu diibaratkan sebagai hati yang sakit. Jika dimasukkan gula atau sendok, masih nampak kelibat kedua obyek itu namun ia samar dan kelabu. Begitulah hati kita jika ia sakit, tidak akan merasakan sensitif terhadap dosa dan kesalahan yang dilakukan. Kita masih sadar kita berbuat kesalahan tetapi menangguhkan taubat atau istighfar.
Dan untuk yang ketiga adalah hati yang mati, wal'iyazu billahi min zalik. Hati yang mati diumpamakan sebagai air kopi yang hitam pekat dan segala benda yang masuk, kita sudah tidak nampak. Apa yang terlihat adalah hitam saja. Itulah hati mati yang sudah merasa halal haram adalah sama dan tidak beda baginya.
Namun, jauh di sudut hati kita, ada sedetik rasa yang kita inginkan kebaikan dalam hidup. Untuk proses pencucian hati ini, sama-samalah kita mulai dengan istighfar dan mengakui segala kesalahan kita kepada Allah.
Bertobatlah, karena sedetik kita mau kembali ke pangkuan Allah, Allah akan sambut kita dengan kasih sayang-Nya, yakinlah dengan cinta Allah.
Banyakkan berzikir, membaca Mathurat, bangun malam, membaca Alquran dan bersedia untuk berubah. Didik hati kita agar senantiasa beristighfar dan merendah hati. Diakui hati terkadang sulit dikontrol kemauannya, tetapi selalu berdoa pada Allah agar kita ditetapkan iman. Amin.
Semoga hati kita dapat dibersihkan dan dicuci selalu sehingga mendapat hati yanhg bersih dan jagalah ia selalu.
Anggunnya pribadi kita mulai dengan anggunnya hati kita.
- Artikel iluvislam.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar