Jumat, 03 Juni 2011

**~** Taubat di Pinggiran Hati **~**




Ketika kita sedang membaca tulisan ini, apakah dosa terakhir yang telah kita buat sebelumnya?
Dalam waktu sesaat, satu menit, sejam, sehari, seminggu, sebulan dan seterusnya sebelum ini, apakah kita telah melaluinya tanpa dosa pun yang terpalit di hati? Hakikatnya, kita semua pasti telah melakukan dosa, dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya. Ya, setiap bani Adam itu pasti melakukan dosa, sebaik-baik orang berdosa adalah mereka yang bertobat. Pertanyaannya, apakah kita tergolong di kalangan sebaik-baik orang yang berdosa?

Sehebat mana maksiat yang kita lakukan, kita pasti membencinya tatkala kita kembali merenung dan bermuhasabah sendirian. Sepuas mana hati itu merasa dengan dosa yang kita lakukan, pasti ada tersudut perasaan benci, dan menyesal yang teramat sangat atas apa yang telah kita lakukan. Itulah fitrah yang telah Allah ciptakan dalam diri kita. Bukannya kita tidak merasa menyesal, tapi kita selalu menolak rasa penyesalan dan masih terus memenangkan kemaksiatan. Kita ingin bertobat dengan sebenarnya, namun perasaan ingin bertobat itu tersisih di pinggiran hati.

Pun begitu, Allah memahami kita lebih dari kita mengerti diri sendiri. Allah itu terlalu besar pengampunannya buat hamba-hamba-Nya. Namun, kita selalu congkak dan merasa bahwa dosa kita itu lebih besar dari rahmat Allah dan tak mungkin terampuni. Sombong, tidak mau kembali kepada Allah. Lalu kita berputus asa dari menagih ampunan dan Rahmat Allah karena dibohongi perasaan sendiri, dipalingkan oleh setan, dikuasai oleh ego yang tidak selayaknya untuk kita. Kita mengeluh sendirian, "ah, aku terlalu berdosa, tak mungkin aku dapat kembali ke jalan yang lurus", seolah-olah kita itu lemah dan patut dikasihani, namun sebenarnya kita itu sombong dan angkuh terhadap Allah! Sadarkah kita?

Lalu kita terus mengikuti dosa dengan dosa, sedangkan Rasulullah berpesan:

"Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan Iringilah kesalahanmu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus kesalahan tersebut dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik." (HR Tirmidzi)

Jelas bahwa seorang hamba itu tidak dapat lari dari tergelincir ke lembah maksiat dan dosa, namun dia juga selalu disambut baik oleh Allah untuk memohon ampunan dan kembali taat. Maka tatkala kita merasakan bahwa kitalah yang paling berdosa dan terlalu besar maksiat yang kita lakukan, kita juga harus sadar bahwa tatkala itu, kitalah yang paling wajib untuk kembali ke pangkuan Ilahi, bertaubat sepenuh hati. Ya, taubat itu bagi seorang mukmin bukan satu pilihan, tapi satu kewajiban karena dosa itu sesuatu yang tidak dapat dihindari, besar maupun kecil.

Itu satu sudut pandang buat mereka yang berdosa, agar kita tidak terjerumus ke dalam tipu daya setan yang menghalangi kita dari menagih ampunan Allah biar sebesar mana dosa kita. Jangan biarkan taubat itu tersisih di pinggiran hati, lantas hilang sebelum sempat ia memasuki hati. Namun, dalam satu sudut yang lain, tidak harus kita berangan-angan akan Rahmat Allah lantas nyaman dengan berbuat dosa. Kita membujuk hati dengan mengatakan, "Allah itu kan Maha Pengampun, jadi tak ada masalah berbuat dosa berulang kali." Anggapan yang seperti ini akan menjerumuskan kita lebih jauh ke dalam lembah kemaksiatan sehingga semakin sulit untuk kita kembali.

Maka, jangan tunggu dosa itu bertampuk dan semakin menggelapkan hati. Tatkala kita terdetik untuk bertaubat, teruskanlah taubat itu dan jangan lengah-lengahkan atau tangguhkan. Setiap kali kita tergelincir, bertobatlah. Allah tak mengira berapa kali kita sudah melakukan dosa tersebut, tetapi Allah pasti menerima tobat setiap hamba-Nya yang ikhlas dan lahir dari sudut hati yang sadar akan kekuasaan Allah.

Jangan biarkan taubat itu tersisih di pinggiran hati, masukkan ia ke dalam hati dan laluilah jalan yang diridhai Allah. Mudah-mudahan Allah tidak menyisihkan kita di hari perhitungan di pinggiran neraka, bahkan di jurang api neraka. Na'udzubillah!

"Dan Allah hendak menerima taubatmu, sedang orang-orang yang mengikuti keinginannya mengharuskan kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran). Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah."

(An Nisaa ': Ayat 27-28)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar