Selasa, 05 Juli 2011

~**~ Bukan hanya Lafaz Bicara ~**~



Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan.
Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat. (Hamka)

Memang cinta itu sering kali dikaitkan dengan keindahan, dan sering saja mengundang senyuman. Ada yang sanggup memperjuangkan cinta sampai sanggup pula melepaskan yang dimiliki demi mengejar cinta. Lihat saja tampilan di media pada hari ini, tataplah berita di televisi dan internet, bacalah berita di koran dan majalah.

Apa yang sering dikaitkan dengan keruntuhan nilai akhlak remaja? Sudah pastilah karena cinta yang diagung-agungkan sehingga sanggup pula lari dari rumah meninggalkan orang tua yang telah banyak berkorban. Hanya karena cinta, manusia sering saja menghalalkan yang sudah termaktub haramnya. Bukankah sejak di awal usia, kita sering kali diberitahu bahwa penzinaan dan menghampiri zina itu tetap HARAM hukumnya?

Barang siapa yang cintakan sesuatu, maka dia akan menjadi hamba kepada yang dicintainya. Barang siapa yang mencintai sesuatu, maka dia banyak menyebutnya, mengingatnya, dan memikirkannya (Ibnu Ata'illah - Kitab Al-Hikam)

Bukan salah cinta itu hadir dalam diri setiap manusia. Tetapi salah manusia yang tidak pandai, tidak efisien mengelola perasaan cinta yang hadir. Benarkah cinta yang dirasakan jika kita sanggup menyingkirkan cinta kita kepada Allah, cinta kita kepada Rasul, cinta kita kepada Islam, dan cinta kita kepada orang tua?

Bukankah cinta itu jauh lebih mulia dari cinta yang kita sanggup agung-agungkan. Percayalah, setiap rasa cinta yang hadir sehingga kita mengabaikan soal halal dan haram itu tidak lebih sekedar cinta yang berajakan NAFSU. Ya Allah, jauhkanlah kami dari mengulit mimpi indah dalam cinta yang semakin hari semakin menjauhkan kami daripadaMu.Tuntunlah hati ini untuk mengenal cintaMu, mendahulukan cintaMu, dan tidak menduakan cintaMu.

Mana mungkin rasa cinta ini,
ku curahkan untuk pria yang telah lupa,
Lupa pada cintanya pada pemilik cinta,
Mana mungkin rasa cinta ini,
ku serahkan kepada pria yang pelit,
Kedekut untuk mengucapkan ayat-ayat cintanya pada pemilik cinta,
Mana mungkin cinta ini,
ku amanahkan buat seorang pria yang culas,
Culas dalam melaksanakan amanah pemilik cinta,
Mana mungkin ku merasa bahagia,
Jika aku menyala-nyala peminjam cinta,
Tapi mengabaikan pemilik cinta.

Berkali kita diingatkan. Lahir saja di dunia, menjengah alam telah diazan dan diiqamahkan. Cinta kepada Allah, adalah cinta yang agung dan suci. Cinta yang sebenarnya menuntut kesabaran, tes iman, dan ketaqwaan. Cintailah Allah, dan Allah akan memelihara cinta yang tersulam indah sesama manusia.

Allah berfirman: "Aku menurut sangkaan hamba kepada-Ku, dan Aku bersamanya saat dia ingat kepada-Ku. Jika dia ingat pada-Ku dan dalam dirinya maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia ingat pada-Ku dalam kelompok orang- orang yang lebih baik dari kelompok mereka. Jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia mendekat kepada-Ku sehasta maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika dia datang ke-Ku dengan berjalan maka Aku datang kepadanya dengan berlari-lari kecil. " (Sahih Bukhari)

- Artikel iluvislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar