Selasa, 05 Juli 2011

**~** Ungkapan Maaf Itu **~**



Maaf

Ungkapan itu mungkin terlalu berat untuk diluahkan. Tak tahulah ego tingkat mana yang meraja dalam diri. Susah sangatkah mau dibebaskan dari sangkar hatimu itu? Tepuk dada, tanya iman. Biarkan hati diketuk. Dengan akal lagi. Moga jernih air yang keruh.

Jangan memilih siapa dia. Perlukah dimaafkan atau tidak. Kita berukhuwah tanpa mengenal rupa bukan? Janganlah karena dia bukan sahabat karibmu, ada hak dalam berukhuwah yang tak tertunai. Ada juga yang akrab bukan main, tapi oleh karena kesalahan yang dia lakukan, kita menjauh.

Cermin diri. Muhasabah. Sempurnakah kita? Tidak. Begitu juga sahabatmu itu. Dari mengenang kesalahannya yang cuma satu atau dua, apa kata kita hargai kebaikan dia yang lebih dari itu? Barulah terasa kemanisannya. InsyaAllah.


Ya, memberi dan meminta maaf itu salah satu hak dalam bersaudara. Macam mana nak rasa manisnya iman kalau urusan semudah itu pun tak selesai? Excuse me. Semudah itu katamu?

Memang semudah itu kalau yang bertakhta di hati itu iman. Kalau ego yang menguasai, memanglah payah. Sekali lagi, ketuklah pintu hati dan tanya padanya siapa pemilik tahta tertinggi. Itu belum lagi sampai pada pertanyaan yang lebih menantang. Di mana DIA di hatimu?

Bukankah memaafkan itu berarti kita berlapang dada dengan apa yang terjadi dalam sebuah ukhuwah. Benarlah, berlapang dada itu yang paling dasar sebenarnya dalam tingkatan ukhuwah. Kalau yang dasar pun rapuh, bagaimana bangunan ukhuwah tersebut mampu kokoh?

Mengalah Bukan Berarti Kalah

Tapi benar. Andai dia tidak mau memaafkan, kamulah yang harus mengambil langkah pertama. Ungkapkan kata keramat itu pada dia meskipun hatimu yang terluka. Leburkan egomu sendiri sebelum meleburkan ego yang lain! InsyaAllah sedikit banyak luka itu akan sembuh perlahan-lahan.

What you give, you get back. Itulah konsepnya. Moga-moga dengan sikapmu yang berhati mulia itu bisa melembutkan hatinya untuk meminta maaf kembali. Siapa tahu? Api tak mungkin dihapus dengan api bukan? Maka jadilah air.

Maafkan Dia Karena Tidak Meminta Maaf Padamu

Dia masih bersikeras hati? Penantian itu satu penyiksaan bukan? Maka janganlah ditunggu. Kelak memakan diri karena terlalu lama menunggu. Biarkan dia. Lepaskan dan bebaskan perasaan resah yang membelenggu jiwamu. Biarkan ia terbang. Jangan ditunggu kepulangannya. Serahkan bulat-bulat pada DIA!

Maafkan dirimu. Dan maafkan dia karena tidak melakukan apa yang kamu hajatkan. Itulah maaf yang sebenarnya. Manusia kan makhluk Allah yang sangat kompleks? Kita bukan Tuhan yang mampu membolak-balikkan hati mereka. Bahkan hati sendiri pun belum tentu!

Sibukkan diri dengan hal lain. Jangan terlalu memberatkan pikiran dengan sesuatu yang tidak pasti. Utamakan yang lebih utama. Allah kurniakan pada manusia kemampuan dan pengetahuan yang sangat-sangat terbatas. Kamu tahu kenapa? Hikmahnya apa? Renung-renungkan. Pikir-pikirkan.

Maaf Itu Membahagiakan

Kalau kamu benar-benar memaafkan, niscaya berbahagialah kamu. Kelak bila ungkapan yang sama datang dari dia, bahagia itu tiada taranya! Berkali-kali lipat! Dan saat itu, katakan terima kasih padanya, karena menjadikan kamu orang yang paling bahagia di waktu itu. Alhamdulillah.

Sabda beliau Nabi

Rasulullah saw bersabda yang maksudnya: Siapa yang ada kesalahan dengan saudaranya maka harus diselesaikan sekarang, karena sesungguhnya di sana (di akhirat) tidak lagi uang untuk dibuat pembayaran, (yang ada hanyalah) diambil hasanah (kebaikan) yang ada padanya, kalau dia tidak memiliki kebaikan, diambil keburukan orang itu lalu diletakkan ke atasnya.

Ambil beberapa menit dan muhasabah. Dimulai dari ibu, ayah, keluarga, teman, guru-guru, adik-adik, kakak-kakak, abang-abang, dan siapa saja yang pernah hadir dalam hidup kita walau sekejap cuma. Yang di depan maupun di belakang tempat duduk saat sekolah dulu. Yang dekat maupun jauh terpisah ribuan mil. Yang sama-sama berjuang dengan letih dan jerih payah maupun yang pernah mencaci dan menghina perjuangan itu.

Mereka tetap manusia seperti kita. Jangan memilih. Ungkapkan kata keramat itu pada mereka seikhlas hatimu. Meskipun pada mereka yang telah selalu diucapkan. Apalagi pada mereka yang pernah kamu lukakan hatinya sehingga menyebabkan ukhuwah itu retak. Juga pada mereka yang telah banyak mencurahkan kebaikan padamu. Karena ungkapan maaf dan terima kasih yang lahir dari hati itu akan membahagiakan saudaramu.

Abu Burdah ra berkata: Rasulullah mengutus ayahku yaitu Abu Musa dan Muaz ke Yaman, Nabi berkata: Mudahkanlah dan janganlah kamu menyulitkan, gembirakanlah dan jangan kamu menyusahkan dan berseia sekatalah kamu. (Riwayat Bukhari dan Muslim)

-Artikel iluvislam.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar